Pada tingkat pendidikan dasar,
praktik pendidikan yang dilaksanakan adalah sebagai pembangun dasar pemikiran
peserta didik. Keberhasilan pendidikan di usia dasar dalam menanamkan konsep
pendidikan, akan berimbas pad akeberhasilan peserta didik dalam memahami konsep
praktik pendidikan. Baik yang berupa arahan kognitif, afektif maupun
psikomotor.
Pada usia ini, konsep belajar anak
masih terpusat pada aktivitas indera dalam menangkap objek pembelajaran.
Artinya, praktik pendidikan di tingkat dasar harus bisa memfasilitasi
pemaksimalan indera tersebut. Pembelajaran terpadu adalah salah satu solusi
yang mulai diterapkan dan dikembangkan dalam memberikan pelayanan pendidikan
yang sesuai dengan tingkat perkembangan belajar anak. Pembelajaran terpadu ini
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek, baik dalam intra pelajaran maupun antar pelajaran
(Sukayati:2004).
Sedangkan Mutohir dkk (1996/1997)
mendefinisikan pembelajaran terpadu sebagai pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak. Dalam hal ini, konsep arti pembelajaran bagi anak akan memberikan
motivasi dalam menjalani proses pembelajaran. Kebermaknaan merupakan salah satu
hal yang dijadikan alasan peserta didik dalam mengikuti pendidikan di sekolah.
Tanpa kebermaknaan, maka pembelajaran hanya akan menjadi sebuah kerangka
pendewasaan diri tanpa aksi nyata. Motivasi belajar hanyalah karena
keterpaksaan dan formalitas saja. Pembelajaran terpadu memfasiltiasi sebab,
alasan dan tujuan bagi peserta didik untuk belajar.
Ariyaningsih (2010), mendefinisikan
pembelajaran terpadu sebagai kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata
pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh
dikatakan tidak ada. Pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar tidak terikat
pada jam pelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran tematik memberikan siswa
kenyamanan dalam mencerna pelajaran karena tidak ada perbedaan yang mencolok
saat terjadinya pergantian jam.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah salah satu pendekatan
pembelajaran yang menyajikan beberapa mata pelajaran dalam satu-kesatuan
pelajaran yang diikat dengan kebermaknaan. Secara umum, pembelajaran ini
menekankan arti pentingnya kesatuan konsep materi belajar yang menyeluruh.
Materi yang diajarkan tidak dikotomi, tetapi dibelajarkan sebagai aktivitas
pengalaman yang padu.
Sistem pembelajaran terpadu memiliki
keuntungan dalam mengaitkan materi pada tahapan awal siswa belajar. Pada tahap
ini, siswa belajar mengenal, memahami untuk kemudian diolah sebagai informasi
umum. Ketika siswa sudah memiliki konsep pengetahuan umum tersebut, secara
perlahan siswa bisa diarahkan pada pembelajaran melalui spesifikasi mata
pelajaran.
Macam-macam pembelajaran terpadu
Menurut Fogarty (1991) dalam bukunya How to Integrate
the Curricula, ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti : fragmented
(penggalan), connected (keterhubungan), nested (sarang), sequenced
(pengurutan), shared (irisan), webbed (jaring laba-laba), threaded
(bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan
networked (jaringan kerja).
Adapun pembelajaran terpadu yang dikaji dalam pendidikan
di tingkat sekolah dasar adalah tiga jenis yaitu Conected (keterhubungan),
Webbed (tematik) dan integrated (keterpaduan). Dari jenis-jenis
pembelajaran terpadu tersebut, memang ketiga jenis ini memiliki alur berpikir
yang memiliki keterkaitan erat pada setiap pelajaran yang dipadukan.
a. Connected
(Keterhubungan)
Model Connected adalah model
pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu
konsep dengan konsep yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu
keterampilan dengan keteramilan yag lain.
Tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang
dilakukan pada hari berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu
semester berikutnya dalam satu bidang studi. Keunggulan model ini adalah siswa
dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan
dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan,
memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kelemahan model ini adalah guru bidang studi mungkin
kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya
mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan
konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.
b. Webbed
(Tematik)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai
dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi
subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu
dikembangkan berbagai aktivitas pembelajatran yang mendukung.
Keunggulan model ini adalah faktor motivasi berkembang
karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat
dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat
saling berhubungan, kemudahan untuk lintas semester dalam KTSP sangat mendukung
untuk dapat dilaksanakannya model pembelajaran ini.
Kelemahan model ini adalah kecenderungan untuk mengambil
tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa. Selain itu
seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi
terabaikan. Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi
pelajaran.
c. Integrated (Keterpaduan)
Model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan bidang studi.
Caranya adalah dengan menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam
beberapa mata pelajaran. Untuk membuat tema, guru harus menyeleksi terlebih
ahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam satu
tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket pembelajaran
bertema.
Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan
adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu,
memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik maka
dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan sekolah “integrated
day”
Kelemahan model ini adalah sulit mencari keterkaitan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan
aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata
pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
d. Pembelajaran
Terpadu Tipe Webbed
Kurikulum webbed
menggambarkan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pokok ke dalam
suatu tema besar. Secara khas, pendekatan tematik ini untuk mengembangkan
kurikulum yang dimulai dengan tema tersebut.
Dalam
penerapannya yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat
dibangun menjadi terpadu dalam bidang yang relevan. Fogarty (1991:53) menyatakan ”A
fertile theme is webbwd to curriculum contents and disciplines; subjects use
the theme to sift out appropriate concepts, topics, and ideas.
Pembelajaran
ini didasarkan pada pemilihan sebuah tema. Dari tema tersebut, mencakup
kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan
di dalam kelas, tidak boleh memperlihatkan adanya pembagian waktu sesuai dengan
jadwal pelajaran. Semua kompetensi yang disusun dalam RPP, disajikan dalam
pembelajaran dengan tema yang mencakup keterampilan yang diharapkan dari sebuah mata pelajaran.
Permasalahan
yang sering menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran tipe Webbed
(tematik) ini adalah karena pengembangan materi yang sangat luas dan harus bisa
terhubung dalam satu tema. Fakta ini berdampak langsung dalam penentuan kompetensi
dasar dalam suatu pelajaran agar bisa masuk ke dalam tema. Padahal, tidak semua
mata pelajaran dengan mudah dimasukkan begitu saja ke dalam tema.
Dalam praktiknya, seorang guru harus jeli dalam meramu
kompetensi dalam beberapa pelajaran menjadi satu eksatuan yang padu. Dibutuhkan
kemampuan, kebiasaan dan waktu yang cukup lama bagi guru yang benar-benar
menerapkannya. Kemampuan
ini meliputi analisis tema terhadap kesesuaian dengan pelajaran yang ingin
diintegrasikan dalam tema tersebut, ketercapaian kompetensi dasar yang
disyaratkan dan fakta yang tersaji di dalam kelas.
Referensi
Referensi
Forgaty, R. 1991.
How to Integrate the Curricula. USA: IRI/Sky Publishing Inc.
Kun Ariyaningsih. 2010. Pembelajaran Terpadu. Diakses dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/27/pembelajaran-terpadu/ pada Senin, 11 April 2011 pukul 10.40.
Mutohir, T. C., Kartadinata, S., Zuchdi, D., Wahab,
A.A., Herawati, I.S., Prabowo, et al. 1996/1997. Pembelajaran Terpadu D-II
PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdikbud Ditjen Dikti.
Sukayati. 2004. Pembelajaran Tematik di SD
Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Widyaiswara PPPG
Matematika Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment