Monday 14 May 2012

PSSI Perlu Belajar dari Total Football


Bagi para penggila bola, Belanda merupakan satu tim yang selalu ditunggu kiprahnya di berbagai turnamen sepak bola internasional. Popularitasnya selalu melebihi negeri penemu sepak bola, Inggris. Pertandingan yang menyuguhkan permainan atraktif, kerja sama tim yang solid dan stabilitas irama permainan yang tinggi selalu mengundang decak kagum para penggila bola.
Jika kita bicara tentang gaya sepak bola Belanda yang mendunia, total Football, tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin arsitek pengenal total Football yakni Rinus Mitchel (1974). Gaya sepakbola sederhana dengan konsep menyerang dan bertahan secara serentak dengan tempo tinggi yang dikomandoi Johan Cruiff, mampu mendobrak keindahan pertahanan gerendel cattenacio Italia ataupun keindahan liukan tubuh ala joga bonito, Brazil. Hal ini menunjukkan bahwa Negeri Kincir Angin ini memiliki cita rasa unsur kreativitas yang tinggi. Gaya total football  merupakan salah satu contoh konkrit selain pembangunan polder (dam), kincir angin hingga arsitektur bangunan-bangunannya yang bergaya futuristik.
Meskipun selalu menyajikan permainan yang menawan, tetapi Belanda belum pernah merasakan manisnya trofi piala dunia. Trofi terakhir yang hampir saja digenggam, harus lepas dari permainan tiki-taka ala Spanyol yang sedang dihuni oleh para pemain terbaiknya. Tidak heran, jika kesebelasan Belanda biasa dijuluki sebagai juara tanpa mahkota.
Kalau kita melihat lebih dalam, konsep permainan sepakbola tim Oranye ini terbangun secara bertahap, berkesinambungan dan tidak diraih dengan mudah. Munculnya pemain-pemain berlevel internasional terbangun dari akademi-akademi yang sangat kuat. Para pemain besar seperti Frank De Boer, Dennis Berkgamp atau Marco van Basten lahir dari akademi-akademi seperti milik Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Feyenoor dan sebagainya.  Di samping sebagai tempat bermunculannya bakat-bakat pemain dunia, Belanda merupakan pintu masuk para pemain yang akan menjadi besar di Eropa. Sebut saja Park Ji Sung (PSV Eindhoven) atau Zlatan Ibrahimovic (Ajax Amsterdam).
Dari manajemen akademi sepakbola yang kuat inilah, kemudian menjadi kiblat standar pembentukan manajemen sepakbola di Eropa, bahkan di dunia. Karena membangun sebuah tim sepakbola yang dinamis dan berkelanjutan, memerlukan pondasi gaya permainan dan kesinambungan dalam melestarikan tradisi. Meski pada piala dunia 2010 di Afrika Selatan lalu gaya tootal football sudah sedikit mengikuti gaya sepakbola dunia, tetapi tetap dapat diterapkan oleh para pemain sekaliber Arjen Robben, Robin Van Persie, Klass-Jan Hunteelar atau Wesley Sneidjer.
Pembangunan manajemen tootal football yang kompak demi kemajuan persepakbolaan Belanda oleh KNVB (PSSI-nya Belanda) inilah yang sejatinya mampu menginspirasi PSSI. Bahwa sepakbola itu bukan masalah menang atau kalah. Tetapi, bagaimana mampu mempertahankan gaya dan ciri khas permainan hingga meresap sampai pada perangkat pengurus sepakbola terkecil. Selain kesatuan permainan, di dalamnya terdapat kesatuan emosi antara pemain, pelatih dan seluruh official tim. Tidak sekedar agenda rutin yang tercampuri oleh praktik politik.
Meskipun belum pernah mencicipi manisnya trofi piala dunia, KNVB tidak pernah berputus asa dalam mengelola sepakbola di negeri Belanda. Semua persiapan dan kebutuhan pengembangan, dilaksanakan dengan sepenuh hati dan dengan optimisme akan memenangi pertandingan demi pertandingan. Inilah semangat yang saya sukai dari timnas Oranye. Lebih dari itu, tootal football mengajarkan pada kita arti tentang kemenangan, perjuangan, kesatuan dan semangat pantang menyerah. Karena mereka yakin, bahwa mahkota mereka yang hilang akan segera ditemukan.


Isdiyono
Penulis, sedang belajar di Yogyakarta State University

Sumber gambar :
http://www.football-bible.com/soccer-info/total-football-strategy.html
http://www.worldcupblog.org/world-cup-moments/world-cup-moments-the-bittersweet-brilliance-of-totaalvoetbal-1974.html



4 comments:

  1. Oke punya nih...emang kudu bercermin dari Belanda. mungkin gaya Indonesia jadi 'Nusantara Football'?
    hehe

    ReplyDelete
  2. iya itulah permasalahan bapak sepakbola Indonesia,PSSI, sekarang. terlalu banyak unsur kepentingan disitu. Kalo 'bapaknya' saja seperti itu, bagaimana 'anaknya' (pemain) mau termotivasi. hmmm.
    Harapan baru pada anak2 yang sedang mengikuti akademi2 sepakbola di Uruguay, maupun dalam negeri yg dibentuk arsenal, madrid dll.

    ReplyDelete
  3. @NOVI : Hiya,bukan mengambil seluruh filosofi.Tetapi mencontoh kegigihannya dalam mengembangkan sebuah konsep baru sepakbola modern.

    My Ideas : ya,sepakat.Karena sepakbolaadalah sebuah proses.Bukan hasil

    ReplyDelete
  4. Tulisan ini diposting pada personal blog penulis yaitu http://isdiyonopejuangpendidikan.blogspot.com/

    Tulisan ini adalah karya penulis sendiri, dalam rangka mengikuti kompetisi blog http://www.kompetiblog2012.wordpress.com/ yang diselenggarakan oleh http://www.nesoindonesia.or.id/

    ReplyDelete

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...