Wednesday 23 May 2012

Membantu Anak Berkesulitan Membaca dengan Teknik DRTA


Dalam pembelajaran di kelas, seorang siswa tidak bisa terlepas dari aktivitas empat keterampilan berbahasa yaitu kegiatan menyimak, berbicara, membaca kemudian menulis (Depdiknas, 2006:23 ). Dengan empat keterampilan ini, anak bisa menyerap sebuah  informasi, mengolah, disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah baru dan menjadi sebuah pengetahuan baru. Pada awal sekolah, keempat keterampilan ini dibutuhkan oleh anak dalam menentukan pola belajarnya.
Salah satu hal yang sering dialami oleh anak pada kelas tinggi adalah disleksia, yaitu kesulitan dalam aktivitas membaca. Disleksia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Sehingga, memiliki potensi dalam menghambat penyerapan ilmu pengetahuan dan konsep baru yang diterima oleh anak. Secara khusus Rustinah (2009), anak yang mengalami problem disleksia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi.
Kesulitan dalam membaca ini, oleh sebagian guru sekolah dasar kurang diperhatikan. Guru terlalu banyak mengurusi siswa dalam satu kelas, sehingga perhatian terhadap mereka yang memiliki problem disleksia berkurang. Hal ini banyak terjadi di sekolah-sekolah reguler. Kurangnya kemampuan guru dan keengganan untuk membantu anak yang mengalami disleksia secara intens, membuat kemampuan mereka dalam menyerap materi tertinggal jauh dengan teman-temannya.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan meningkatkan aktivitas membaca pemahaman dalam pembelajaran. Membaca pemahaman akan memberikan latihan secara bertahap dan terus-menerus bagi anak untuk belajar mengeja, membaca kemudian memahami. Setelah bisa memahami, anak bisa belajar menulis dengan baik.
Salah satu teknik yang bisa memfasilitasi anak untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulisnya adalah melalui teknik belajar Direct Reading-Thinking Activities (DRTA). Secara umum, teknik ini terdiri dari tiga tahapan yaitu kegiatan pra-baca, saat baca dan pasca-baca.
Kegiatan pra-baca adalah pengelompokan anak ke dalam kelompok kecil 2-3 orang. Pengelompokan tidak dilakukan dengan cara konvensional, misalnya saja dengan berhitung dan mendapatkan kelompok yang sama, membentuk kelompok bebas dengan waktu yang terbatas dan dengan variasi lain. Kegiatan saat baca, anak membaca dalam hati kemudian mencocokkannya dengan temannya. Kegiatan pasca baca memberikan kesempatan bagi anak untuk menyimpulkan materi dan melakukan evaluasi terhadap ketercapaian belajarnya.
Sehingga, teknik belajar Direct Reading-Thinking Activities (DRTA) tidak hanya melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan baca-tulisnya saja. Teknik ini memiliki keunggulan dalam meningkatkan pemahaman anak terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian, problem disleksia bisa diatasi tanpa menambah jam atau pun repot guru.
Dalam aplikasi terhadap sejumlah siswa yang mengalami disleksia, teknik ini mampu meningkatkan kemampuan membaca anak hingga 60% pada tahap awal. Dengan pengembangan lebih lanjut, teknik ini bisa diterapkan dalam berbagai mata pelajaran yang menggunakan bacaan. Bahkan, bisa diterapkan dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa dalam memahami kalimat-kalimat matematika.

Isdiyono, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta

No comments:

Post a Comment

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...