"Hidup adalah pilihan Tinggalkan yang meragukan Karena perubahan, bukan untuk ditunggu!"
Monday 6 September 2021
Sunday 5 September 2021
Sejarah Singkat Matematika
Papirus Matematika Rhind (bahasa Inggris: Rhind
Mathematical Papyrus disingkat RMP; juga diberi kode: Papyrus British Museum
10057, dan pBM 10058) adalah sebuah naskah kuno berisi catatan matematika dari
budaya Mesir kuno yang ditulis di atas lembaran papirus.
Naskah Matemaika Mesir penting lainnya adalah Lembaran
Moskwa yang juga berasal dari zaman Kerajaan Pertengahan kira – kira 1890 SM.
Naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita yang barangkali ditujukan
sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus, karena soal
itu memberikan metode untuk memperoleh volume limas terpenggal.
Orang-orang Mesir kuno adalah orang-orang pertama yang
menggunakan matematika (jadi, bisa dikatakan bahwa guru matematika pertama
adalah orang Mesir juga). Pada penggalian di Mesopotamia pada abad ke 19
ditemukan tablet tanah liat Sumeria yang ditulis dengan aksara paku, berasal
dari dinasti Babylonia (1800-1500 SM) atau periode Yunani kuno (600-300 SM).
Cabang-cabang matematika mencakup berbagai disiplin
seperti geometri, yang menjelaskan panjang, bidang, dan sudut; aritmetika, atau
teori bilangan; mekanika, yang menjelaskan gerak suatu benda di bawah pengaruh
sistem gaya tertentu; dan stokastisitas, yang menjelaskan fenomena acak.
Filsuf-filusuf Yunani terkenal, di antaranya Pythagoras,
Thales, dan Plato, adalah orang-orang yang pertama kali mengembangkan dan
menerapkan aritmetika, atau yang sekarang disebut dengan teori
bilangan. Pada abad ke-9, para matematikawan Arab seperti Al Khwarizmi menghimpun
pengetahuan matematika dari Yunani dan India. Pengenalan angka-angka Arab pada
abad ke-11 menandai waktu ketika matematika mulai terbebas dari masa-masa
suramnya, dan para pemikir besar pun mulai jadi lebih dikenal.
Pada abad ke-15, sistem penjumlahan dan pengurangan serta
simbol + dan - pertama kali dikemukakan oleh Johannes Widmann, yang lahir di
Eger, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci. Karya
matematikawan Perancis François
Viète merupakan kemajuan besar dalam mengubah aljabar menjadi
bentuk modernnya melalui pengenalan huruf untuk mewakili kuantitas yang
diketahui atau tidak diketahui dan untuk menyederhanakan persamaan.
Sejarah singkat Matematika
Matematika setidaknya dimulai atau tercatat sejak
ditemukannya plimton 322 yang ditaksir berasal dari tahun 1900 Sebelum Masehi.
Masehi itu tahun dimulainya huruf oleh umat manusia. Jadi, perhitungan sudah
lebih dahulu dikenal secara sadar oleh manusia daripada huruf. Jangan disangka
kalau plimton ini berupa buku tebal dengan banyak teori di dalamnya. Plimton
ini merupakan semacam perkamen atau lembaran kertas sederhana dari pelepah
kayu.
Selanjutnya ada lembaran matematika Rhind yang
diperkirakan berasal dari tahun 2000-1800 SM. Sekedar info, semakin besar nilai
angka sebelum keterangan SM maka usianya semakin tua. Seumur dengan hind,
terdapat juga Lembaran Moskwa yang juga ditemukan Mesir dengan kisaran tahun
pembuatan yang sama. Berbeda dengan Masehi yang semakin tinggi nilainya maka
semakin muda usianya. Lebih lanjut, Matematika Babilonia adalah rujukan
perkembangan matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia atau kini
kita kenal dengan bangsa Irak sejak permulaan zaman kerajaan Sumeria hingga era
Helenistik.
Papyrus Matematika Rhind (RMP)
Lembar ini tersimpan di British Museum dengan kode
10057 dan 10058. Lembar ini merupakan sebuah naskah kuno berisi catatan
matematika dari budaya mesir kuno yang ditulis di atas lembaran papyrus.
Lembaran Moskwa
Salah satu naskah mesir kuno yang lain, kira-kira
berasal dari masa pertengahan atau kira-kira tahun 1890 SM. Naskah ini
berisikan soal kata atau soal cerita yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Satu soal dipandang memiliki kepentingan khusus, karena soal itu memberikan
metode untuk memperoleh volume limas terpenggal.
Sampai saat ini, belum ada peradaban lain yang
tercatat telah menggunakan matematika dalam kehidupan yang lebih lama dari
peradaban Mesir Kuno. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa orang-orang Mesir
merupakan orang-orang pertama yang mengginakan matematika. Kita bisa menyebut
Mesir sebagai guru matematika pertama. Pada penggalian di Mesopotamia pada abad
ke 19 ditemukan tablet tanah liat Sumeria yang ditulis dengan aksara paku,
berasal dari dinasti Babylonia (1800-1500 SM) atau periode Yunani kuno (600-300
SM).
Diringkas dari berbagai sumber.
Friday 3 September 2021
Apa itu PISA?
Belakangan ini
muncul di banyak platform tentang ujian AKM sebagai pengganti Ujian Nasional
yang secara resmi ditiadakan sejak tahun ajaran 2019/2020 lalu. Nah, di
dalamnya terdapat istilah PISA dan TIMSS sebagai dasar penyusunan soal-soal
dalam evaluasi berbentuk AKM. Kali ini, kita akan sedikit membahas tentang
PISA.
PISA merupakan
singkatan dari The Programme for
International Student Assesment
yaitu survey tiga tahunan untuk pelajar berusia 15 tahun yang menguji
sejauh mana ketercapaian kemampuan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan
dasar yang berguna sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat. Penilaian ini berfokus
pada keterampilan membaca, matematika, sains dan inovasinya yang berguna bagi
kesuksesan anak-anak di masa depan. PISA sendiri, pada dasarnya digunakan untuk
memprediksi peran intelejensi individu dalam menyokong perekonomian sebuah
negara.
Penilaian
berbasis PISA sendiri pada awalnya digunakan oleh negara-negara yang tergabung
dalam OECD atau Organization for Economic Cooperation. OECD sendiri dibentuk
pada 16 April 1948 (dulu bernama OECC) yang dipimpin oleh Robert Marjolin dari
Prancis dengan tujuan rekonstruksi Eropa pasca Perang Dunia II dalam membantu
menjalankan Marshall Plan. Pada awalnya, anggota OECD hanya terdiri dari 30
negara partisipan saja.
Saat ini, OECD
beranggotakan 38 negara yang tersebar di benua Eropa, Asia, Australia dan
Amerika. PISA dinilai telah berhasil dalam mengukur keterkaitan antara
kurikulum di sekolah dengan tingkat perekonomian suatu bangsa. Indonesia
sendiri mulai bergabung sebagai negara partner mulai tahun 2001 atau 2 tahun
sebelum pelaksanaan evaluasi UAN yang mulai berbasis pada pengembangan
literasi.
Sumber : The OECD Programme for International Student
Assesment
Setiap 3 tahun
sekali, asesmen dilaksanakan dengan subjek kemampuan membaca, matematika dan
sains. Penekanan penilaian ini berbeda setiap 3 tahun dan berulang mulai dari
membaca (2000, 2009 dan 2018), matematika (2003 dan 2012), sains (2006 dan
2015). Penilaian ini mengukur diri siswa dengan pendekatan berb asis sikap.
Pada tahun 2018, Indonesia berada di peringkat
72 dari 77 negara di bawah Panama dan di atas Maroko dengan nilai SD 75 dan
skor total 371 dalam hal membaca. Pada
bidang matematika konsisten di posisi 72 dengan poin SD 79 dan skor total 379.
Pada kemampuan sains, Indonesia menempati peringkat 70 dengan nilai SD 69 dan
skor total 396. Secara umum, kemampuan siswa kita masih berada pada level. Hal
ini menandakan kemampuan anak-anak dalam hal literasi dan pengembangan pengetahuan
masih kurang.
Level kemampuan
berdasarkan skor yang diperoleh. Sumber : PISA 2018. Insight and
Interpretations. Andreas Schleicher
Menyadari hal
ini, tindakan tepat dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dengan menghapus
Ujian Nasional secara resmi pada tahun ajaran 2019/2020 bertepatan dengan
pandemi covid-19. Secara bertahap, asesmen berbasis PISA yang diwujudkan dalam
bentuk AKM mulai dilaksanakan. Setidaknya belajar dari kejadian UAN tahun 2003,
pelaksanaan AKM mulai tahun 2021 telah didahului dengan pengembangan soal-soal
berbasis HOTS dalam Kurikulum 13. Kurikulum yang berorientasi pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi, secara bertahap telah disusun melalui pembelajaran
terintegrasi berbasis tematik.
Sehingga, mau
tidak mau jika kita ingin mengikuti perkembangan ekonomi global maka evaluasi
berbasis PISA ini perlu dikembangkan. Urgensinya jelas, dari awal hingga saat
ini negara kita masih berstatus sebagai negara berkembang dan belum bisa naik
kelas menjadi negara maju. Padahal, sumber daya alam kita lebih banyak jika
dibandingkan dengan negara maju seperti Belanda, Italia, Perancis atau Inggris.
Perbedaan sumber daya manusia tidak bisa dipungkiri berperan besar dalam
mengubah wajah perekonomian sebuah negara. Maka, tidak heran jika hal pertama
yang dilakukan Kaisar Hirohito pasca kekalahan dalam Perang Dunia II adalah
dengan merekonstruksi pendidikan dengan mengoptimalkan jumlah guru yang ada.
Karena pendidikan merupakan investasi peradaban yang tidak ternilai harganya.
Thursday 2 September 2021
Prota dan Promes Kelas V
Berikut ini, program tahunan dan program semester yang saya modif. Semoga bermanfaat. Hohoho
1. Prota
3. Analisis Program Semester 1 Kelas 5
4. Jurnal Harian Semester 1 Kelas 5
Wednesday 1 September 2021
Membangun Zonasi Peradaban
Setiap calon
raja pada zaman kerajaan nusantara, wajib dikirim ke suatu daerah yang jauh
dari kerajaan. Mereka akan kembali pada saatnya menjadi dewasa, setelah
bersentuhan secara langsung dengan masyarakat. Bahkan, identitasnya dihilangkan untuk menyatu dengan rakyat
jelata, pedagang, pegawai dan pejabat-pejabat daerah. Bertemunya dia pada
berbagai macam karakter, menumbuhkan kepekaannya terhadap komunikasi sosial.
Sehingga, ketika pada saatnya ia kembali ke istana sudah siap dan dewasa untuk
memimpin rakyatnya dengan berbagai macam kepribadiannya. Beberapa tidak mau
kembali dan membangun daerah yang ditinggali yang dikemudian hari menjadi
kota-kota dengan karakter kuat baik dalam budaya maupun sejarah persebaran agama.
Hal yang menarik
adalah, tidak semua pangeran mendapatkan pendidikan eksklusif dengan guru-guru
terbaik, teman terbaik, fasilitas terbaik atau nama almamater terbaik. Atau
bisa kita sepakati bersama bahwa semua pangeran wajib untuk belajar di
lingkungan yang terbatas dengan masyarakat berbagai lapisan dan berbagai macam
problematikanya. Sehingga, tidak hanya pengetahuannya saja yang bertambah
tetapi juga selaras dengan kemampuan olah gerak, olah irama dan olah jiwa atau secara
singkat Ki Hajar Dewantoro menyebutnya sebagai sebagai keseimbangan wiraga,
wirama dan wirasa. Kalau dikomparasikan dengan kondisi saat ini, multiple
intelligence yang dipopulerkan oleh Howard Gardner, secara nyata telah
dipraktikkan dalam sejarah panjang dunia pendidikan kita melalui konsep
tersebut.
Selama
bertahun-tahun lamanya, dunia pendidikan kita utamanya di sekolah dasar
mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. Penilaian akhir dengan angka yang
dipatenkan dengan peringkat, selama bertahun-tahun dianggap sebagai penyebab utama
kurang berkembangnya pendidikan kita dalam memfasilitasi peserta didik dengan
segala wujud dan kemampuannya. Seolah-olah kesuksesan para peserta didik hanya ditentukan
oleh seberapa besar nilai ujian. Padahal, pada kenyataannya tidak. Banyak
anak-anak pintar kemudian malah bekerja di unit-unit usaha atau perusahaan yang
dibangun oleh anak-anak yang pada awalnya di cap gagal.
Optimisme Kurikulum 2013
Rapor dengan
lebih banyak uraian daripada angka pada akhirnya bisa kita jumpai bersama
melalui kurikulum 13. Pengembangan pembelajaran dengan konsep high order
thinking skill atau pembelajaran dengan pemikiran mendalam termuat di dalamnya.
Peserta didik tidak hanya mampu memecahkan soal ujian, tetapi bisa memecahkan
permasalahan yang ada di dalam suatu persoalan. Sedikit demi sedikit,
pendidikan memfasilitasi generasi muda dan orang tua untuk tidak hanya melihat
nilai secara parsial, tetapi juga melihat proses yang dilaksanakan oleh anak.
Dalam
perkembangannya, secara perlahan dinamika pendidikan telah mulai berlanjut pada
konsep mencerdaskan kehidupan bangsa secara adil dan merata sesuai dengan UUD
1945 dan Pancasila sila ke-5. Pendidikan yang memfasilitasi proses belajar
siswa, diikuti dengan sistem zonasi dalam kelanjutan belajar di jenjang
selanjutnya. Meskipun, di tahun-tahun awal pelaksanaannya ini sistem zonasi
mendapatkan banyak kritikan terutama oleh para orangtua siswa yang kebingungan
dalam mempersiapkan anak-anaknya.
Keberadaan media
sosial turut mempercepat berbagai macam keluhan tersebar. Sisi positif dari
tersebarnya keluhan-keluhan tersebut adalah cepatnya orang tua menyesuaikan
sistem dalam menentukan keberlanjutan pendidikan anak-anaknya. Pasca era
reformasi ini, sudah bukan saatnya kewajiban tertuju pada kewajiban belajar 9
tahun. Sudah saatnya pendidikan kita mampu untuk menjawab
problematika-problematika yang kian kompleks. Penyelenggaraan pendidikan oleh
pemerintah harus mampu menjawab pemerataan kualitas pendidikan untuk semua
lapisan masyarakat.
Adanya zonasi
sekolah memberikan keuntungan bagi warga sekitar sekolah untuk tidak perlu
jauh-jauh bersekolah. Sehingga, waktu, tenaga dan energi tidak terbuang sia-sia
hanya untuk perjalanan menuju ke sekolah. Penerimaan langsung warga sekitar
dengan jarak yang ditentukan, memberikan kesempatan dampak pendidikan dalam
pengembangan masyarakat di dalamnya.
Perlahan, konsep
sekolah unggulan dan non-unggulan akan terhapus dengan sendirinya. Input
sekolah yang satu dengan yang lainnya sedikit demi sedikit akan setara.
Sehingga, tidak memaksa siswa untuk memacu diri meningkatkan prestasi, tetapi
juga memacu para pendidik untuk meningkatkan kompetensinya. Jadi, bagus
tidaknya sekolah tidak lagi tergantung pada input, tetapi pada sistem di
dalamnya yang memuat unsur kurikulum, pelaksana, tenaga kependidikan, hubungan
sekolah dengan masyarakat hingga pengelolaan sekolah melalui penjaminan mutu.
Pada akhirnya, kebingungan para orang tua akan menjadi bagian dari dinamika perubahan pendidikan kita yang lebih baik. Berkumpulnya peserta didik dengan berbagai karakter, keunggulan dan kekurangan akan menjadikan kawah candradimuka dalam pemerataan kualitas pendidikan. Karena pada dasarnya pendidikan tidak hanya memfasilitasi anak dengan kemampuan berpikir saja, tetapi juga harus dapat mengolah kelebihan energi fisik, keselarasan koordinasi gerak dan kemampuan jiwa untuk mengaktualisasikannya. Ketika pendidikan dapat memfasilitasi keberagaman dalam ruang-ruang kelas, pada saat itulah kita dapat berharap bahwa peradaban bangsa yang besar ini sedang dibangun ulang dengan tidak melupakan sejarah panjang pendidikan kita sejak era kejayaan kerajaan.
Termuat di Harian Jogja :
https://opini.harianjogja.com/read/2019/07/10/543/1004326/opini-membangun-zonasi-peradaban
Isdiyono,
S.Pd.
Guru
SD 1 Pandak
MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK
Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...
-
A. JUDUL Kajian Relevansi Aliran Filsafat Esensialisme dalam Pendidikan saat ini. B. LATAR BELAKANG MASALAH Pada awalnya, manusia ...
-
Bagi para penggila bola, Belanda merupakan satu tim yang selalu ditunggu kiprahnya di berbagai turnamen sepak bola internasional. Popular...