Bagi para penggila bola, Belanda
merupakan satu tim yang selalu ditunggu kiprahnya di berbagai turnamen sepak
bola internasional. Popularitasnya selalu melebihi negeri penemu sepak bola,
Inggris. Pertandingan yang menyuguhkan permainan atraktif, kerja sama tim yang
solid dan stabilitas irama permainan yang tinggi selalu mengundang decak kagum
para penggila bola.
Jika kita bicara tentang gaya
sepak bola Belanda yang mendunia, total Football, tidak bisa dilepaskan dari
tangan dingin arsitek pengenal total Football yakni Rinus Mitchel (1974).
Gaya sepakbola sederhana dengan konsep menyerang dan bertahan secara serentak
dengan tempo tinggi yang dikomandoi Johan Cruiff, mampu mendobrak keindahan
pertahanan gerendel cattenacio Italia ataupun keindahan liukan tubuh ala joga bonito, Brazil. Hal ini menunjukkan bahwa Negeri Kincir Angin ini memiliki cita
rasa unsur kreativitas yang tinggi. Gaya total football merupakan salah
satu contoh konkrit selain pembangunan polder
(dam), kincir angin hingga arsitektur
bangunan-bangunannya yang bergaya futuristik.
Meskipun selalu menyajikan
permainan yang menawan, tetapi Belanda belum pernah merasakan manisnya trofi
piala dunia. Trofi terakhir yang hampir saja digenggam, harus lepas dari
permainan tiki-taka ala Spanyol yang sedang dihuni oleh para pemain terbaiknya.
Tidak heran, jika kesebelasan Belanda biasa dijuluki sebagai juara tanpa
mahkota.
Kalau kita melihat lebih dalam,
konsep permainan sepakbola tim Oranye ini terbangun secara bertahap,
berkesinambungan dan tidak diraih dengan mudah. Munculnya pemain-pemain
berlevel internasional terbangun dari akademi-akademi yang sangat kuat. Para
pemain besar seperti Frank De Boer, Dennis Berkgamp atau Marco van Basten lahir
dari akademi-akademi seperti milik Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Feyenoor dan
sebagainya. Di samping sebagai tempat
bermunculannya bakat-bakat pemain dunia, Belanda merupakan pintu masuk para
pemain yang akan menjadi besar di Eropa. Sebut saja Park Ji Sung (PSV
Eindhoven) atau Zlatan Ibrahimovic (Ajax Amsterdam).
Dari manajemen akademi sepakbola
yang kuat inilah, kemudian menjadi kiblat standar pembentukan manajemen
sepakbola di Eropa, bahkan di dunia. Karena membangun sebuah tim sepakbola yang
dinamis dan berkelanjutan, memerlukan pondasi gaya permainan dan kesinambungan
dalam melestarikan tradisi. Meski pada piala dunia 2010 di Afrika Selatan lalu
gaya tootal football sudah sedikit mengikuti gaya sepakbola dunia, tetapi tetap
dapat diterapkan oleh para pemain sekaliber Arjen Robben, Robin Van Persie,
Klass-Jan Hunteelar atau Wesley Sneidjer.
Pembangunan manajemen tootal
football yang kompak demi kemajuan persepakbolaan Belanda oleh KNVB (PSSI-nya
Belanda) inilah yang sejatinya mampu menginspirasi PSSI. Bahwa sepakbola itu
bukan masalah menang atau kalah. Tetapi, bagaimana mampu mempertahankan gaya
dan ciri khas permainan hingga meresap sampai pada perangkat pengurus sepakbola
terkecil. Selain kesatuan permainan, di dalamnya terdapat kesatuan emosi antara
pemain, pelatih dan seluruh official tim. Tidak sekedar agenda rutin yang
tercampuri oleh praktik politik.
Meskipun belum pernah mencicipi
manisnya trofi piala dunia, KNVB tidak pernah berputus asa dalam mengelola
sepakbola di negeri Belanda. Semua persiapan dan kebutuhan pengembangan,
dilaksanakan dengan sepenuh hati dan dengan optimisme akan memenangi
pertandingan demi pertandingan. Inilah semangat yang saya sukai dari timnas
Oranye. Lebih dari itu, tootal football mengajarkan pada kita arti tentang
kemenangan, perjuangan, kesatuan dan semangat pantang menyerah. Karena mereka
yakin, bahwa mahkota mereka yang hilang akan segera ditemukan.
Isdiyono
Penulis, sedang belajar di Yogyakarta State University
Sumber gambar :
http://www.football-bible.com/soccer-info/total-football-strategy.html
http://www.worldcupblog.org/world-cup-moments/world-cup-moments-the-bittersweet-brilliance-of-totaalvoetbal-1974.html
Oke punya nih...emang kudu bercermin dari Belanda. mungkin gaya Indonesia jadi 'Nusantara Football'?
ReplyDeletehehe
iya itulah permasalahan bapak sepakbola Indonesia,PSSI, sekarang. terlalu banyak unsur kepentingan disitu. Kalo 'bapaknya' saja seperti itu, bagaimana 'anaknya' (pemain) mau termotivasi. hmmm.
ReplyDeleteHarapan baru pada anak2 yang sedang mengikuti akademi2 sepakbola di Uruguay, maupun dalam negeri yg dibentuk arsenal, madrid dll.
@NOVI : Hiya,bukan mengambil seluruh filosofi.Tetapi mencontoh kegigihannya dalam mengembangkan sebuah konsep baru sepakbola modern.
ReplyDeleteMy Ideas : ya,sepakat.Karena sepakbolaadalah sebuah proses.Bukan hasil
Tulisan ini diposting pada personal blog penulis yaitu http://isdiyonopejuangpendidikan.blogspot.com/
ReplyDeleteTulisan ini adalah karya penulis sendiri, dalam rangka mengikuti kompetisi blog http://www.kompetiblog2012.wordpress.com/ yang diselenggarakan oleh http://www.nesoindonesia.or.id/