Ramadhan memang
bulan yang penuh dengan berkah, terutama bagi para pelaku bisnis di bidang
pangan dan makanan. Mulai dari bisnis yang kecil hingga yang besar, mendapat
keuntungan dari kebutuhan masyarakat yang meningkat. Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, peningkatan kebutuhan yang melonjak drastis hingga lebih dari 100%
tentu menjadi permasalahan tersendiri bagi para pelaku usaha. Di satu sisi,
mereka tidak mampu memenuhi permintaan pasar dan di sisi lain kesempatan
seperti ini tidak terjadi pada bulan-bulan lainnya.
Kondisi inilah
yang sangat menggoda iman para pelaku bisnis untuk melakukan tindakan tidak
jujur untuk memenuhi permintaan pasar. Daging gelonggongan merupakan salah satu
masalah yang selalu hadir dan sampai saat ini belum bisa diatasi secara efektif
dan efisien. Terbukti, meskipun di beberapa tempat dilakukan operasi pasar,
tetap saja ada para pedagang yang melakukan cara curang tersebut.
Pada dasarnya,
para pelaku bisnis memiliki peran yang sangat vital dalam menekan dan
menghilangkan peredaran daging gelonggongan. Pendapat ini merujuk pada fakta
bahwa merekalah yang memang menjadi pelaku lapangan yang langsung berhadapan
dengan konsumen. Persaingan yang ketat dalam penjualan daging dan harga beli
awal yang tinggi, menyulitkan dalam mengambil keuntungan yang besar. Jadi, jika
peluang dan nurani ini dijalankan secara seimbang maka perlu ada komitmen
bersama bagi persatuan pedagang daging untuk menyajikan kualitas sebagai
pertimbangan.
Meskipun terdapat
komitmen, pasti ada satu dua pedagang yang memang sudah tidak peduli terhadap
kualitas daging. Untuk kasus yang seperti ini, maka perlu ada upaya dari
pemerintah untuk menjadikan konsumen pintar dalam memilih barang. Sesuai dengan
prinsip dasar ekonomi, dengan modal seminimal mungkin seorang pedagang harus
mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin.
Bentuk
pendidikan bagi konsumen ini tidak perlu sosialisasi dari kampung ke kampung.
Di samping membutuhkan biaya yang tinggi, juga tidak semua masyarakat itu bodoh
dan mengkonsumsi daging secara berlebihan. Strategi iklan dalam bentuk pamflet
atau poster kampanye di pasar-pasar yang memuat ciri daging segar dan
gelonggongan secara langsung akan mendidik konsumen untuk pintar. Poster ajakan
motivasi untuk mendahulukan kualitas barang juga bisa menambah pandangan
konsumen terhadap produk yang benar-benar berkualitas.
Sosialisasi yang
intensif dan terpadu, secara perlahan akan membentuk iklim bisnis daging yang
sehat di pasar. Karena dalam mengajak penjual dan pembeli untuk pintar, tidak
bisa dilakukan secara frontal. Perlu seni dalam menekan peredaran daging
gelonggongan agar tidak terjadi berbagai salah paham dalam bisnis daging. Sehingga,
pemerintah pun bisa leluasa menindak tegas para pebisnis yang curang setelah
diberikan pengertian yang masif.
Harapannya, ada
persaingan sehat dalam mendapatkan keuntungan yang maksimal dari para penjual.
Karena penjual secara moral akan terbebani jika menjual barang yang tidak
sesuai dan ketakutan kehilangan konsumen. Dengan semakin pintar para konsumen,
maka kesadaran untuk mendapatkan produk yang benar-benar berkualitas bisa
menjadi prioritas utama. Karena masalah kecurangan dalam penjualan daging,
tidak hanya serta merta urusan untung-rugi, tetapi juga moral, kerja sama dan masyarakat
yang pintar dalam memilih produk berkualitas.
Isdiyono, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
*termuat di Koran Merapi edisi 7 Agustus 2012
No comments:
Post a Comment