Friday 14 September 2012

Modernisasi Pasar Tradisional sebagai Penyangga Perekonomian Nasional.


Boleh jadi, Amerika Serikat dan Eropa menjadi tolok ukur raksasa kapitalis dunia. Karena di sanalah pusatnya modernisasi, kemajuan teknologi dan taraf hidup yang tinggi. Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan China sebagai pusat revolusi ekonomi yang diprediksi akan memimpin perekonomian dalam masa-masa mendatang. Jepang dengan kemajuan teknologinya, masih tetap tidak bisa diabaikan dalam perekonomian di tingkat Asia. Sehingga, kita mungkin pernah berpikir bahwa merekalah negara-negara kaya di dunia.
Ternyata, pandangan tersebut harus kita revisi ketika melihat negeri kita sendiri. Ya, kita tidak pelru jauh-jauh menunjuk negara maju sebagai tolok ukur kekayaan bangsa. Coba kita lihat, Jepang yang memiliki pulau terbesar yang tidak lebih besar daripada Pulau Jawa. Atau kita tengok negara-negara Eropa yang hanya bertani sekitar 9 bulan saja selama satu tahun karena selebihnya tertutup salju. Apalagi, mereka juga tidak memiliki cadangan minyak bumi yang cukup besar. Berbeda dengan di negara kita, tambang tinggal menggali, pertanian tinggal tanam saja bahkan kekayaan lautnya pun sangat melimpah.
Akan tetapi, kondisi yang demikian berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat perekonomiannya. Di mana, sebanyak 30 juta masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan menurut data BPS tahun 2011. Padahal, cukup banyak juga orang kaya yang beberapa bahkan masuk nominasi orang-orang terkaya versi Forbes. Data ini terus saja meningkat dengan ditandai semakin berkembangnya bisnis properti. Dengan kata lain, volume orang kaya semakin meningkat di tengah masyarakat menengah ke bawah yang selalu terengah-engah menyesuaikan diri dengan kebutuhan hidupnya.
Dengan potensi sumber daya yang melimpah dan didukung dengan sumber daya manusia yang banyak, seharusnya Indonesia bisa maju melebihi negara-negara lain. Tetapi, pada faktanya tidak demikian mengingat laju pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Kondisi demikian, bisa kita lihat dari grafik jumlah jenjang sekolah yang ditawarkan. Di Indonesia, ada sekitar 40.000 sekolah dasar dibangun, sedangkan jumlah SMP hanya sekitar 25.000 atau setengahnya. Naik ke tingkat SMA pun semakin sedikit, apalagi yang mampu melanjutkan ke perguruan tinggi bisa kita lihat bersama.
Jika kondisi demikian terus terjadi, maka persaingan ekonomi dalam intern orang-orang Indonesia sendiri akan terdesak. Bisa jadi, kita hanya akan menjadi penonton di negeri sendiri. Kondisi demikian bisa kita lihat dalam kemajuan kota Jakarta sebagai kota metropolitan. Orang-orang yang berada di gedung-gedung megah sebagian besar tidak berasal dari Jakarta sendiri. Bahkan, banyakyang berasal dari berbagai bangsa lain di dunia. Bisa jadi orang-orang asli Jakarta adalah mereka yang tergusur di daerah-daerah pinggiran karena tidak mampu bersaing dengan para pendatang tersebut. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan hidup, membuat mereka tidak mampu membaca dan mengikuti perkembangan jaman. Hingga pada akhirnya, akan menjadi budak di negeri sendiri.
Gambaran ini tidak jauh berbeda jika kita memprediksi perekonomian di Indonesia pada masa mendatang. Keengganan untuk terus berimprovisasi dan mengembangkan keterampilan, akan membuat kita harus bersiap kalah dalam perekonomian dunia. Apalagi, pemberlakuan pasar global telah membuka akses seluas-luasnya kepada setiap negara untuk menawarkan produk atau investasinya. Sehingga, tidak ada sekat-sekat bagi setiap individu atau perusahaan dalam mengembangkan produknya di manapun berada.
Jika pemerintah gagal mempersatukan tujuan pengembangan perekonomian untuk kemaslahatan bersama, maka tunggu saja kehancuran perekonomian kita. Karena kemakmuran bangsa tidak diukur dari kesejahteraan individu, tetapi kesejahteraan kolektif. Bahwa Indonesia itu bukan aku, kamu atau dia tetapi kita. Sesuai dengan amanat undang-undang 1945 pasal 33 yang intinya mengatakan bahwa semua sumber daya yang ada harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Jika perkembangan perekonomian tidak didasarkan pada persatuan dan kesejahteraan bersama,maka secara perlahan bangunan perekonomian nasional tingggal menunggu waktu keruntuhannya.
Nah, untuk mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya kita memiliki satu sistem perekonomian tingkat mikro yang mampu menjawab tantangan pasar bebas yakni perekonomian pasar. Dalam konsep pasar tradisional, tidak ada monopoli oleh satu pihak saja. Semua pedagang adalah pelaku ekonomi yang memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama. Tingkat pemasukan satu pelaku dengan pelaku perekonomian tidak diukur dari pangkatnya. Tetapi, seberapa piawai mereka memutar modal untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
Akibatnya, ada perasaan ketergantungan dalam aktivitas transaksi pasar. Karena setiap pedagang tidak bisa mendominasi, tetapi saling melengkapi. Misalnya saja ada pembeli yang ingin membeli bahan-bahan pembuat mi. Mereka harus pergi ke toko telur, toko tepung dan toko rempah untuk memenuhi kebutuhan bahan. Dalam prosesnya, terjadilah interaksi kekerabatan yang ditimbulkan dari perasaan ketergantungan dan transaksi tawar-menawar.
Di sini,hampir semua orang bisa menggelar lapak dengan harga sewa yang cukup terjangkau. Karena pengelolaan pasar tidak dipegang oleh satu orang saja, tetapi pengurus yang ditunjuk oleh pemerintah atau diusulkan oleh masyarakat. Secara tidak langsung, konsep ini juga memiliki muatan kedaulatan rakyat yang menjadi pembeda demokrasi  Indonesia dengan demokrasi yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Bahkan, pembeli pun merasa bahwa pasar tersebut adalah miliknya juga.
Di sinilah sebenarnya letak ketahanan perekonomian di Indonesia. Krisis yang melanda dunia, tidak memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas perdagangan. Efek terbesar hanyalah adanya kenaikan harga barang dagangan jika terjadi penurunan rupiah. Adanya hubungan kekerabatan yang masih erat, membuat orang tidak harus membayar dengan harga yang diminta oleh penjual. Mereka bisa menawar harga sesuai dengan kewajaran dan kualitas barang. Bahkan, orang bisa membayar pada transaksi berikutnya jika kebetulan uangnya kurang. Dalam berbagai kesempatan, barter masih diberlakukan dalam memenuhi kebutuhan masing-masing pelaku. Jadi, meskipun barang yang ditawarkan tidak laku bisa mereka siasati dengan menukar barang lain sesuai dengan kualitas atau kesepakatan bersama. Dengan cara inilah semua orang mulai dari level atas hingga ke bawah bisa melakukan transaksi tanpa harus takut tidak bisa membayar.
Tantangan pasar tradisional pada saat ini adalah dengan berdirinya mall, supermarket atau minimarket yang mulai menjamur. Bahkan, minimarket sudah mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Dengan harga yang relatif miring, pelayanan ramah dan tempat yang bersih membuat masyarakat mulai beralih dari pasar tradisional ke minimarket. Di kota-kota besar, berbelanja di mall bahkan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup. Apalagi, barang-barang yang dijual pun beragam dan cenderung bersifat tahan lama.
Aspek terbesar dan mencolok yang mempengaruhi berpindahnya pembeli di pasar ke minimarket-minimarket adalah tentang tata letak dan kebersihan tempat. Sudah menjadi rahasia umum, jika kondisi pasar tradisional yang ada di sekitar kita kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Biaya sewa yang murah, meskipun sedikit turut mempengaruhi kesadaran para pedagang untuk menghargai lingkungannya. Bukan karena tidak kurang pengelola pasar memberikan himbauan-himbauan, tetapi lebih karena pada dasarnya disebabkan oleh tingkat pendidikannya yang relatif rendah. Tidak heran jika musim penghujan tiba pasar menjadi sedemikian baunya dengan beberapa drainase yang tersumbat.
Menyadari permasalahan ini, beberapa pemerintah daerah mulai merevolusi pasar-pasar tradisional yang ada dengan tampilan yang lebih dinamis. Bahkan di daerah Bantul, pemerintah daerah mengesahkan kebijakan melerang pendirian mall. Padahal, jika pemerintah mau menyetujui pembangunan mall bisa saja Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima semakin besar. Potensi uang yang beredar pun bisa saja berkembang pesat mengingat jumlah penduduknya yang cukup besar.
Dengan semangat membangun bangsa yang mandiri, pasar-pasar tradisional perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Fasilitas yang bersih dan terawat, akses yang mudah dengan bentuk transaksi yang sama dengan pasar tradisional akan memberikan pesona deja vu. Mereka serasa kembali dalam aktivitas perekonomian yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Tambahan perawatan fasilitas-fasilitas, tentu saja akan menarik minat konsumen untuk kembali lebih memilih pasar tradisional daripada toko-toko modern.
Sehingga, aktivitas perekonomian mikro bisa kembali menggeliat. Karena pada dasarnya, kemajuan perekonomian kita tidak dapat diukur hanya menurut perkembangan sektor-sektor makro. Para pelaku di sektor mikro, justru lebih banyak daripada sektor makro. Karena di sinilah letak perekonomian Indonesia yang sebenarnya. Akan sangat bermanfaat ketika sektor-sektor mikro ini terus didorong untuk berkembang. Karena sektor mikro cenderung menyerap tenaga-tenaga kerja yang terampil dan bisa mengembangkan diri.
Berbeda dengan para pekerja di perusahaan-perusahaan besar yang hanya bisa melakukan pekerjaannya secara dikotomi. Mereka hanya tahu proses produksi di satu bagian, tanpa mengetahui proses produksi bagian lainnya. Kestabilan pembayaran gaji, membuat suatu gap atau jarak yang memisahkan antara pemilik dengan karyawan. Pada akhirnya, karyawan tidak dapat mengembangkan keterampilannya secara mandiri. Sehingga, pada masanya pensiun, banyak karyawan mengalami gejala stres yang akut.
Maka, modernisasi pasar-pasar tradisional sangat diperlukan untuk merangsang terciptanya perekonomian nasional yang kuat. Karena pasar tradisional merupakan tempat perekonomian mikro tumbuh dan berkembang. Ketika perekonomian mikro kokoh, maka krisis global yang sekarang sedang terjadi tidak akan mampu meruntuhkan perekonomian nasional. Karena setiap orang memiliki kesempatan untuk menentukan nasibnya sendiri. Berbeda dengan ketika perekonomian dimonopoli oleh sebagian orang. Maka setiap orang tidak akan mampu bertahan ketika sektor tersebut runtuh.






No comments:

Post a Comment

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...