Wednesday 14 March 2012

Belajar dari Siasat Perang Sun Tzu


“Kemenangan adalah ketika kau menang tanpa perlu berperang…”
Kalimat di atas adalah salah kalimat siasat Sun Tzu yang terkenal. Di dalamnya terkandung nilai yang besar terkait dengan peperangan yang dimenangkan tanpa adanya pertumpahan darah. Bahwa di dalam setiap masalah, sekalipun pelik, maka selalu ada srategi untuk memenangkannya dengan cara yang anggun. Menyerang tanpa menyakiti, mencapai target tanpa mengesampingkan dan puncaknya adalah memenangkan peperangan tanpa harus mengeluarkan keringat untuk memenangkannya.
Nampaknya, siasat perang tersebut perlu diaplikasikan dalam mempertahankan bangsa saat ini. Di tengah gempuran dan pelecehan dengan beberapa pengklaiman, sudah saatnya Indonesia bangkit, bicara dan bertindak. Tentu saja tidak dengan aksi-aksi anarkis, tetapi dengan cara terhormat yang bisa mengembalikan kehormatan bangsa yang terkoyak ini.
Bangsa ini sedang membutuhkan strategi pertahanan kedaulatan sekaligus kehormatan. Karena kemerdekaan bangsa ini bukanlah hasil pemberian dari para penjajah, tetapi dari harga darah dan air mata yan elah disumbangkan para pahlawan bangsa. Mereka yang telah berjuang dan mempersembahkan kemerdekaan untuk kita semua. Maka, sudah sepantasnya kita mempertahankan harga diri itu. Karena harga diri bangsa kita ini terlalu sayang untuk disia-siakan.
Belajar dari kalmiat Sun Tzu, agaknya terlalu berharga ketika kita akan mengorbankan sesuatu yang berharga semisal nyawa hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tida terlalu penting. Ada baiknya melihat dimensi penganiayaan itu dari sudut pandang sederhana untuk membalik keadaan. Melihat kondisi pertikaian dari sumber dan pusat permasalahan. Kemudian menyusun strategi pemenangan.
Permasalahan RI-Malaysia yang sudah berlarut-larut memang sangat sulit diuraikan dengan tidak merugikan salah satu pihak. Meskipun masih serumpun, kalau kita lihat berdasarkan latar belakang sejarah penjajahannya, kedua negara ini merdeka. Seperti yang kita tahu, Indonesia merdeka dengan memanggul senjata karena cara diplomasi sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sedangkan tetangga kita merdeka dengan status persemamuran dengan Inggris. Artinya, Malaysia masih didukung pemerintah Inggris dalm perkembangan internal kenegaraaan mereka.
Jadi, sangat wajar bagi para demonstran meluapkan kegeraman dan kesabaran yang sudah habis ketika melihat perlakuan yang semena-mena. Karena pada dasarnya, kesemena-menaan itu tidak hanya terkait fisik saja tetapi telah menyentuh ranah psikis. Sikap semena-mena telah membakar jiwa-jiwa patriot yang telah lama terkubur. Meskipun terlihat anarkis, tetapi itulah wujud nyata kemarahan bangsa. Perasaan asli yang keluar dari sanubari terdalam.
Siasat Kesepahaman
Selama bertahun-tahun, negeri kita terinta ini terkenal dengan sikapnya yang selalu berprinsip non-blok dalam setiap sengketa. Meskipun pada saat yang bersamaan, Indonesia sebenarnya sedang membutuhkan bantuan. Prinsip inilah yang nampaknya terus melekat dalam setiap misi diplomatik. Pada awalnya, langkah ini merupakan langkah terbaik dalam menyelesaikan masalah. Tetapi, dalam perkembangannya kebijakan ini menjadi bumerang dalam kebijakan politik luar negeri. Bangsa ini seperti dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa lain dengan seperti tidak sadar.
Sudah saatnya Indonesia mengubah sedikit rel perjuangan dalam memperthankan kedaulatan ini. Bangsa ini harus bangkit dan memandang ke depan untuk kebijakan politiknya. Bahwa nada sedikit keras dapat diterapkan dalam menjaga kehormatan bangsa. Pada intinya, kesepahaman harus dicapai tanpa melukai, apapun caranya. Wallahu a’lam.
Isdiyono, 01 September 2010

Sumber gambar : http://westernrifleshooters.wordpress.com/2012/01/19/sun-tzus-art-of-war/


No comments:

Post a Comment

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...