“Kemenangan
adalah ketika kau menang tanpa perlu berperang…”
Kalimat di atas adalah
salah kalimat siasat Sun Tzu yang terkenal. Di dalamnya terkandung nilai yang
besar terkait dengan peperangan yang dimenangkan tanpa adanya pertumpahan
darah. Bahwa di dalam setiap masalah, sekalipun pelik, maka selalu ada srategi
untuk memenangkannya dengan cara yang anggun. Menyerang tanpa menyakiti,
mencapai target tanpa mengesampingkan dan puncaknya adalah memenangkan
peperangan tanpa harus mengeluarkan keringat untuk memenangkannya.
Nampaknya, siasat perang
tersebut perlu diaplikasikan dalam mempertahankan bangsa saat ini. Di tengah
gempuran dan pelecehan dengan beberapa pengklaiman, sudah saatnya Indonesia
bangkit, bicara dan bertindak. Tentu saja tidak dengan aksi-aksi anarkis,
tetapi dengan cara terhormat yang bisa mengembalikan kehormatan bangsa yang
terkoyak ini.
Bangsa ini sedang
membutuhkan strategi pertahanan kedaulatan sekaligus kehormatan. Karena
kemerdekaan bangsa ini bukanlah hasil pemberian dari para penjajah, tetapi dari
harga darah dan air mata yan elah disumbangkan para pahlawan bangsa. Mereka
yang telah berjuang dan mempersembahkan kemerdekaan untuk kita semua. Maka,
sudah sepantasnya kita mempertahankan harga diri itu. Karena harga diri bangsa
kita ini terlalu sayang untuk disia-siakan.
Belajar dari kalmiat Sun
Tzu, agaknya terlalu berharga ketika kita akan mengorbankan sesuatu yang
berharga semisal nyawa hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tida terlalu
penting. Ada
baiknya melihat dimensi penganiayaan itu dari sudut pandang sederhana untuk
membalik keadaan. Melihat kondisi pertikaian dari sumber dan pusat
permasalahan. Kemudian menyusun strategi pemenangan.
Permasalahan RI-Malaysia
yang sudah berlarut-larut memang sangat sulit diuraikan dengan tidak merugikan
salah satu pihak. Meskipun masih serumpun, kalau kita lihat berdasarkan latar
belakang sejarah penjajahannya, kedua negara ini merdeka. Seperti yang kita
tahu, Indonesia
merdeka dengan memanggul senjata karena cara diplomasi sudah tidak bisa
diharapkan lagi. Sedangkan tetangga kita merdeka dengan status persemamuran
dengan Inggris. Artinya , Malaysia masih didukung pemerintah
Inggris dalm perkembangan internal kenegaraaan mereka.
Jadi, sangat wajar bagi
para demonstran meluapkan kegeraman dan kesabaran yang sudah habis ketika
melihat perlakuan yang semena-mena. Karena pada dasarnya, kesemena-menaan itu
tidak hanya terkait fisik saja tetapi telah menyentuh ranah psikis. Sikap
semena-mena telah membakar jiwa-jiwa patriot yang telah lama terkubur. Meskipun
terlihat anarkis, tetapi itulah wujud nyata kemarahan bangsa. Perasaan asli
yang keluar dari sanubari terdalam.
Siasat
Kesepahaman
Selama bertahun-tahun,
negeri kita terinta ini terkenal dengan sikapnya yang selalu berprinsip
non-blok dalam setiap sengketa. Meskipun pada saat yang bersamaan, Indonesia
sebenarnya sedang membutuhkan bantuan. Prinsip inilah yang nampaknya terus
melekat dalam setiap misi diplomatik. Pada awalnya, langkah ini merupakan
langkah terbaik dalam menyelesaikan masalah. Tetapi, dalam perkembangannya
kebijakan ini menjadi bumerang dalam kebijakan politik luar negeri. Bangsa ini
seperti dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa lain dengan seperti tidak sadar.
Sudah saatnya Indonesia
mengubah sedikit rel perjuangan dalam memperthankan kedaulatan ini. Bangsa ini
harus bangkit dan memandang ke depan untuk kebijakan politiknya. Bahwa nada
sedikit keras dapat diterapkan dalam menjaga kehormatan bangsa. Pada intinya,
kesepahaman harus dicapai tanpa melukai, apapun caranya. Wallahu a’lam.
Isdiyono,
01 September 2010
Sumber gambar : http://westernrifleshooters.wordpress.com/2012/01/19/sun-tzus-art-of-war/
No comments:
Post a Comment