Saturday 8 December 2012

Menulis Karya Tulis Part 1


Menghitung Peluang Judul

Menulis, begitu pentingnya sampai-sampai Umar bin Khatab mengatakan satu nasihat “ikatlah ilmu dengan menulis”. Nampaknya, ungkapan ini benar mengingat bahwa menulis merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah peradaban. Bisa dikatakan bahwa semakin tinggi peradaban suatu kaum itu berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas tulisan yang dihasilkannya.
Bahkan, dimulainya zaman sejarah pun ditandai dengan ditemukannya tulisan. Diduga, tulisan pertama kali ditemukan di lembah Sumeria (Irak) oleh bangsa Babylon dengan tulisan terkenalnya : hieroglif atau tulisan paku. Dinamakan demikian karena memang bentuk hurufnya seperti paku dan masing-masing merupakan suatu perlambang komunikasi yang sangat terbatas.
Seiring dengan perkembangan zaman, tulisan pun semakin leluasa menemukan bentuk universalnya. Satu bentuk tulisan atau beberapa jenis tulisan yang bisa dipakai siapapun, dimanapun dan kapanpun berada. Tentu saja, bisa dimengerti oleh komunikan atau dalam hal ini masyarakat tertentu. Sampai saat ini, tulisan memiliki arti penting dalam merangkum komunikasi oral yang dalam situasi tertentu tidak efektif dan memiliki sifat ambigu. Jadi, jika anda tidak mau menulis bisa saya duga kalau anda memang belum pantas untuk masuk zaman sejarah ini. So, mari belajar menulis ...
***
Pertanyaan yang muncul di kepala saya ketika pertama kali belajar menulis adalah : apa yang harus saya tulis? Dari mana saya harus mulai menulis? Untuk apa saya menulis? Dapat apa saya menulis? Pertanyaan itu saya yakin juga muncul di pikiran teman-teman. Dalam kondisi yang demikian, kalau saya ibaratkan orang yang sedang melamar kerja adalah tahap fase interview. Pada fase ini, seseorang dihadapkan pada dua pilihan : melanjutkan menulis atau melupakan aktivitas menulis.
Pilihan untuk tidak menulis, kalau saya boleh menebak sebab utamanya adalah karena berpikir itu berat. Berpikir membutuhkan energi, ketenangan, inspirasi dan kemauan yang kuat. Tanpa hal-hal yang demikian, jarang-jarang seseorang bisa lancar dalam menulis. Meskipun, perlu disadari bahwa gaya seorang penulis dengan penulis lain itu berbeda.
Apalagi, kalau sudah berkaitan dengan menulis yang namanya “karya tulis”. Saya pastikan hampir semua orang akan merasa alergi. Belum membuat sudah banyak mendapat intimidasi : sulit loh...buat apa sih? Kurang kerjaan... Emangnya penting ya? Apalagi, salah satu syarat untuk lulus program S1 ataupun kenaikan pangkat guru harus menyusun karya tulis. Nah, jadi, istilahnya “prevent is better than aid” atau kalau saya tidak salah maksudnya adalah mencegah lebih baik daripada mengobati. Belajar dari awal, memberikan keleluasaan dalam membentuk paradigma berpikir ilmiah di dalam kepala kita.
***
Satu bagian paling penting dan vital dari karya tulis yang menunjukkan bahwa “this is my paper!” adalah judul. Ya, satu bagian kecil, singkat yang terletak di halaman terdepan karya tulis adalah judul. Institusi boleh bonafit, tetapi judul merupakan “raja” dari wajah karya tulis. Kalau kata sebuah iklan, pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.
Nampaknya hal ini berlaku pula pada penyusunan karya tulis. Seberapapun menarik, canggih, shohih-pun isi sebuah karya tulis belum tentu bisa menarik reviewer ataupun dewan juri. Saya kasih satu contoh misalnya dalam satu even, ditentukan tema karya tulis tentang pendidikan karakter. Jika anda menulis judul dengan diawali “pendidikan karakter...bla...bla...bla...” tanpa diiringi “sesuatu” variabel yang “wah”, bisa saya pastikan karya anda akan langsung tereliminasi. Kenapa bisa begitu?
Bisa saja, karena yang menulis sebuah karya tulis dengan judul demikian tidak hanya anda saja. Tetapi, ada puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang yang menulis hal yang sama. Di sinilah seorang yang ingin menulis karya tulis diuji “keunikan” gagasannya. Semakin unik dan spesial atau khusus, semakin membuat reviewer terpesona. Orang tentu akan lebih tertarik pada sesuatu yang “unik” dan berbeda. Kalau tidak, mana mungkin buku JK Rowling, Harry Potter, bisa menjadi buku terlaris dan filmnya paling dinanti se-dunia.
Semakin khusus dan mendalam sesuai dengan keilmuan kita, maka karya tulis itu akan “terpaksa ” dianggap bagus meskipun baru dibaca judulnya saja. Meskipun tema yang ditentukan sebuah majalah ilmiah atau even ilmiah agak tidak sesuai dengan keilmuan kita, tidak perlu patah semangat. Karena pada dasarnya, sangat jarang karya tulis yang sesuai dengan keahlian kita. Padahal, kita selalu merasa tertantang untuk menuliskan gagasan-gagasan kita.
Ada rahasia, yang tentu saja saya bagikan pada teman-teman semua dalam menyikapi fenomena ini. “Bahaslah suatu permasalahan berdasarkan sudut pandang keilmuan kita”, itu kata-kata yang selalu saya ucapkan ketika diminta mengisi berbagai macam forum kepenulisan. Jika kita orang dengan keahlian pendidikan, akan kalah jika membuat karya tulis tentang Sains berdasarkan sudut pandang Sains. Buatlah judul yang memungkinkan kita membahas Sains dari sudut pandang pendidikan. Jika kita dari sains, cobalah membahas tema fenomena interaksi sosial berdasarkan Sains.
Dua alasan yang cocok untuk menjawab pertanyaan why?, adalah: 1. Reviewer biasanya diambil dari para ahli di bidang yang berkaitan dengan tema tersebut, sehingga mereka tidak terlalu menguasai materi dari sudut pandang kita dan akan memancing “keheranan” mereka dan 2. Kita akan lebih menguasai materi dan menjadi “pembeda” di antara keseragaman pemikiran. Dua alasan ini, saya kira cukuplah dijadikan alasan kenapa kita harus membahas sebuah permasalahan dari sudut pandang keahlian kita. Itung-itung hemat energi dalam “menawarkan” betapa pentingnya karya tulis yang kita buat untuk masyarakat luas.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah panjang judul. Dua sampai tiga variabeldengan kata-kata hubung yang efektif dan efisien saya kira lebih baik daripada banyak tetapi bertele-tele. Saya kira 4-10 kata sudah cukup untuk menuliskan judul yang “menjual”. Lebih dari itu, judul akan terlalu hambar, apalagi jika penulis tidak paham akan masalah tersebut. Tentu akan menjadi sebuah karya tulis yang tidak nyambung.
Jadi, daripada menuliskan 3 atau lebih variabel saya kira 2 variabel sudah cukup untuk membuat judul yang bagus. Misalkan judul “Pemanfaatan cana edulis (ganyong) sebagai katalisator penderita maag”. Kalau kita hitung, ada 8 kata yang menyusun judul tersebut. Kadangkala, para penulis pemula berpikir bahwa judul yang menarik harus bagus dan panjang. Maka, bisa jadi mereka menuliskan “Pemanfaatan tepung pati ganyong (cana edulis) sebagai solusi penyembuh penderita maag”. Memang, hanya bertambah 3 kata tetapi kalau dilihat penambahan itu merupakan suatu hal yang sia-sia. Karena pada dasarnya, yang di bahas di dalam karya tulisnya adalah satu hal yang sama. Sebuah karya tulis yang bagus, dimulai dari sebuah judul yang sederhana, ringkas, efektif dan efisien.
Judul yang terlalu umum, judul yang bertele-tele, penggunaan kata hubung yang tidak tepat dan penggunaan variabel yang tidak diperlukan adalah hal-hal yang dihindari dalam penulisan judul. Hindari pula penggunaan variabel yang tidak banyak diulas dalam berbagai buku, karena akan menjadikan kita kesulitan dalam mencari referensi pada tahap selanjutnya. Kalaupun ingin mencantumkan variabel yang baru, usahakan ada variabel umum yang sudah ada.
Saya berikan contoh misalnya kita ingin mengulas keterampilan membaca langsung (Direct reading), bisa kita ubah-sesuaikan dengan judul kita. Misal sasaran subjek kita adalah kelas-kelas di sekolah dasar. Bisa kita tambah “Early direct reading”. Secara ke-khususan, kata ini memiliki nilai tawar yang tinggi karena orang jarang mendengarnya. Untuk mencari referensi pun tidak terlalu sulit, karena kita bisa menelusuri asal-muasalnya.
Ke atas, keterampilan ini merupakan bagian dari “keterampilan membaca mendalam”. Semakin ke atas, ini merupakan salah satu bentuk strategi dalam keterampilan berbahasa kategori keterampilan membaca. Di level tertinggi, keterampilan bahasa adalah referensi utamanya. Jadi, kita tidak akan kesulitan untuk menemukan berbagai macam teori dan pendapat yang dibutuhkan dalam menjabarkan ide kita tersebut.
Kesimpulan, judul merupakan satu hal terpenting yang harus diperhatikan. Judul, meskipun cuma sedikit, tetapi memiliki kedalaman dan menunjukkan kemampuan pengolahan karya tulis si penulis di dalamnya. Semakin sederhana dan khusus judul disusun, maka akan semakin memiliki nilai “jual” yang tinggi. Sesuaikan judul dengan keahlian kita, karena ini akan menjadi kredit poin tertinggi yang membuat ciri khas dari karya kita. Jika masih saja kesulitan menemukan judul, awali dengan perbanyak membaca buku, eksperimen judul kemudian dikonsultasikan pada mentor yang sudah berpengalaman dan sering-seringlah membuka jurnal untuk mendapatkan inspirasi judul. Semoga bermanfaat.
Isdiyono, 09 Desember 2012

No comments:

Post a Comment

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...