Mengurai
judul menjadi latar belakang masalah
Setelah pada episode
sebelumnya kita berbicara tentang penentuan judul, maka langkah berikutnya
adalah bagaimana menguraikan judul menjadi sebuah penjabaran yang berbobot.
Kesalahan yang biasanya terjadi dalam menyusun latar belakang adalah aktivitas
menyamakan persepsi bahwa latar belakang masalah itu menguraikan judul.
Sehingga, terkadang banyak kutipan yang mendefinisikan variabel dicantumkan
dalam bagian ini. Sehingga, latar belakang yang disusun pun lebih mirip kajian
pustaka daripada latar belakang masalah pada umumnya.
Paradigma utama yang harus dibangun dalam
menyusun latar belakang masalah adalah bahwa latar belakang disusun untuk
menjabarkan betapa pentingnya masalah itu untuk dibahas dan ditangani. Tidak
perlu menjabarkan definisi variabel dengan menggunakan teori-teori yang sudah
ada. Dalam latar belakang, pentingnya permasalahan yang akan diangkat ini harus
bisa langsung dilihat dan disajikan berdasarkan fakta-fakta terbaru yang muncul
di masyarakat.
Sebagai contoh misalnya
kita ingin membahas tentang pengelolaan sampah rumah tangga untuk dijadikan
pupuk organik cair. Kita tidak perlu menjabarkan definisi tentang sampah dan
limbah organik cair. Atau mencari data-data yang bersifat rinci. Dalam kasus
demikian, latar belakang bisa didahului dengan menceritakan fakta pengeluaran
sampah suatu daerah tiap harinya, pengelolaan sampah organik dan an-organik
hingga peran serta masyarakat dalam mereduksinya. Data yang diperoleh bisa dari
sumber kedua yang bersifat terikat misalnya dari dinas pekerjaan umum bagian
pengelolaan sampah, data kementerian nasional dan jangan lupa sumber langsung.
Di samping sumber kedua
yang valid, sumber langsung diperlukan untuk menunjang fakta yang terjadi di
lapangan. Sumber langsung ini fungsinya adalah memperkuat betapa pentingnya
masalah yang akan diangkat itu untuk dibahas. Meskipun anggapan masyarakat
kebanyakan masalah tersebut sudah basi, tetapi bisa kita uraikan kembali
menjadi sesuatu hal yang “penting” dan “mendesak” untuk dicarikan solusinya.
Adapun jumlahnya
terserah pada penulis, tentu saja dengan menyesuaikan jumlah halaman minimal
dan maksimal yang menjadi persyaratan latar belakang masalah yang berkisar
antara 15-20% (2-3 halaman) dari keseluruhan karya tulis. Jika keseluruhan
karya tulis ditentukan maksimal 10-15 halaman, sangat bijaksana kalau menyusun
latar belakang sejumlah 2 halaman saja. Hindari penyusunan 1 halaman karena
terkesan terlalu sedikit dan menunjukkan bahwa kita sebenarnya tidak tahu
tentang karya tulis. Jika naskah lebih dari 15 halaman, 3 halaman bisa
diterapkan jika memang uraian yang akan disusun sangat padat, efektif, efisien
dan memang benar-benar diperlukan.
Kembali pada pengutipan
sumber langsung, jika halaman yang ditentukan sedikit maka 1-2 narasumber saya
kira sudah cukup untuk memperkuat argumentasi. Jika banyak, tentu kita bisa
menyaring lebih banyak sumber. Tetapi jangan terlalu banyak, berkisar antara
2-4 orang narasumber saja. Hal ini digunakan sebagai langkah antisipasi jika di
dalam analisis atau hasil karya tulis nanti bersifat deskriptif kualitatif.
Jika jenis data kualitatif, maka pengutipan sumber langsung menurut hemat saya,
tidak perlu terlalu banyak.
Nah, satu hal yang
perlu diperhatikan dalam pengutipan data di dalam latar belakang masalah adalah
bentuknya. Terkadang, penulis pemula memasukkan data pendukung secara langsung.
Misalnya, tabel, diagram, grafik, chart, poligon secara langsung. Saran saya,
hindari penggunaan bentuk-bentuk tersebut dalam menyajikan data di latar
belakang masalah. Alasannya, dengan adanya ruang untuk data tersebut maka akan
semakin berkurang space untuk
menuliskan argumentasi.
Akibatnya, jumlah
uraian latar belakang masalah pun terlihat menggelembung. Bagi penulis,
penggunaan sumber secara utuh akan memudahkan dalam mengembangkan kalimat dalam
paragraf. Tetapi, bagi dewan juri bentuk seperti ini akan terlihat bahwa
penulis belum mampu mengembangkan gagasannya secara komprehensif. Jika reviewer
sudah berpikiran demikian, maka secara otomatis karya kita akan terlihat biasa
saja (baca: tidak menarik untuk dibahas lebih lanjut). Tentu, ini merupakan
satu kerugian bagi penulis sebelum karyanya dibahas. Beruntung jika reviewer
kurang berkompeten dalam bidang karya tulis ilmiah.
Di samping
kebiasaan-kebiasaan tersebut, hal pertama yang dialami oleh para penulis adalah
sindrom “bingung pada paragraf pertama”. Sindrom ini tidak hanya menghinggapi
pikiran penulis pemula saja, tetapi penulis yang sudah berkali-kali menyusun
karya tulis. Padahal, kalimat pertama dalam menyusun sebuah latar belakang ini
sebenarnya merupakan hal yang sangat mudah dan memberikan peluang sebuah karya
yang berbeda sebagai ciri khas seseorang. Jadi, sebelum saya berikan
contoh-contoh satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa reviewer cenderung
kurang tertarik mengomentari awalan yang biasa-biasa saja.
Coba perhatikan contoh
paragraf pembuka berikut:
“Tahukah anda
jika permukaan laut naik setinggi 1 meter, ada 200 juta penduduk dunia yang
akan kehilangan rumah tinggalnya. Seperlima luas wilayah Bangladesh akan tenggelam, dan itu
berarti ada 35 juta penduduk Bangladesh
yang harus bermigrasi ke lokasi pemukiman yang lebih tinggi (Stern, 2007)...”
[Billy K.S. 2011. Perubahan Iklim dan Dampaknya. Hal
12. Disajikan dalam Konferensi Komunikasi UI 2011]
Dalam
kutipan di atas, penulis mengarahkan langsung pembicaraan tentang dampak
perubahan iklim melalui kalimat tanya. Untuk meyakinkan pembaca, maka dia
menggunakan kata-kata ancaman “...200
juta penduduk dunia akan kehilangan tempat tinggalnya”. Begitu mengerikan
seandainya saja benar-benar terjadi. Pada kalimat selanjutnya, penulis
menggunakan kutipan dari sumber kedua dengan memberikan kalimat “pengandaian”
terhadap satu fakta unik. Bahwa Bangladesh adalah satu negara yang kecil dan
akan menjadi seperti apa negeri itu jika sebagian besar wilayahnya terendam
banjir?
Pada
contoh yang lainnya, M. Amiruddin dkk (2011:03) menuliskan : “Kemajuan era global ditandai oleh
perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi yang secara masif hadir
dalam berbagai bentuk kehidupan masyarakat. Manusia dan teknologi menjadi
entitas yang tidak terpisahkan. Keduanya mempunyai hubungan simbiosis dan
saling berpengaruh.” Penggalan paragraf pertama karya tulis ini disajikan
dalam Communication Student Summit
2011 di Unair, Surabaya. Kutipan ini merupakan kutipan paling sederhana yang
biasanya dituliskan.
Ciri
khas tulisan sederhana yang biasanya lolos penjurian adalah yang selalu
berusaha menuliskan fakta umum (dalam hal ini tentang pentingnya komunikasi
maya) tentang sebuah gagasan dengan dampaknya terhadap masyarakat. Kenapa?
Karena pada dasarnya, ilmu pengetahuan yang dikembangkan pada saat ini adalah
untuk mempermudah mobilitas dan pola hidup masyarakat. Hal ini sesuai dengan
kodrat bahwa subjek dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah manusia
itu sendiri. Tanpa adanya keterkaitan gagasan dengan masyarakat, mustahil
sebuah ide menjadi menarik.
Secara
umum, latar belakang masalah terdiri dari 3 bagian penting yaitu : pembuka
(basa-basi), alasan pentingnya masalah tersebut diangkat dan solusi yang
ditawarkan. Empat paragraf di atas, menyajikan bagian dari pembuka. Pembuka
biasanya diawali dengan hal-hal yang paling umum dan bersifat filosofis. Bagian
ini memiliki fungsi untuk mengantarkan pada kesenjangan idealitas-realitas yang
ada.
Bagian kedua dari sebuah
latar belakang, menyajikan betapa pentingnya permasalahan tersebut untuk
dibahas. Perhatikan contoh di bawah ini :
“([par 1. akhir]...Fenomena ini tentunya membuat Korea
Selatan menjadi salah satu negara yang sukses menyebarkan budayanya melalui
industri kreatif selain Amerika Serikat dan Jepang.
[par 2. awal]Terpaan budaya pop Korea utamanya
menyentuh sebagian kaum remaja di beberapa negara walaupun orangtua juga tidak
luput terkena demam Korea ini. Fenomena Korean Wave ini pun tidak luput
menjangkiti para remaja di Indonesia...”[Bayu S. & Deasy C. 2011. Korea di Indonesia dan Dampaknya terhadap
Remaja dan Perilakunya. Halaman 109. Disajikan pada CFP Komunikasi Budi Luhur
2011]
Pada contoh di atas,
meskipun di judul terdapat penghubung tidak efektif yakni dobel “dan”, tetapi
terdapat satu penghubung yang menarik. Pada awal, penulis memberikan gambaran
Korean Wave secara umum di negeri asalnya. Pada paragraf kedua, penulis
berusaha untuk menyajikan dampak dari gelombang budaya ini bagi para remaja di
Indonesia. Fakta yang kurang efektif ditunjukkan pada kutipan : “...walaupun orangtua juga tidak luput
terkena demam Korea ini”. Kenapa? Karena yang ingin dibahas dari judul ini
adalah dampaknya bagi para remaja.
Pada paragraf terakhir,
harus ada solusi yang ditawarkan. Dalam beberapa paper, solusi tidak harus
disajikan secara tersurat. Bisa saja penulis menyajikan solusi ini dengan
mengajak pembaca berfikir dengan kalimat-kalimat tanya-retoris. Perhatikan
contoh berikut : “ ... Selama ini, meunasah menjadi identitas bagi masyarakat
dan oleh karenanya berbicara mengenai budaya dan peradaban masyarakat Aceh berarti
berbicara mengenai Meunasah sebagai wadah proses pengembangan budaya dan sosial
keagamaan masyarakat.”[Umaimah W.
2011. Peran Meunasah Sebagai Simbol Budaya Dalam Proses Komunikasi Sosial
Masyarakat Aceh. Hal 142. Disajikan dalam Konferensi Komunikasi UI 2011].
Penggalan kutipan paragraf
terakhir dalam karya tulis tersebut merupakan salah satu bentuk pertanyaan
retoris, atau saya menyebutnya sebagai ajakan melalui pertanyaan tersirat.
Karena dalam kutipan tersebut, penulis berusaha untuk meyuarakan aspirasi bahwa
Meunasah sebagai pusat pengembangan budaya di Aceh. Dalam prediksi kita, secara
umum Meunasah ini belum dikenal atau belum diketahui sebagai “roh” D.I. Aceh
sebagai pusat budaya Timur yang sudah berperadaban maju.
Demikian ulasan mengenai
trik menyusun latar belakang masalah dalam sebuah karya tulis. Dari uraian di
atas, pada intinya latar belakang masalah memiliki 3 hal pokok yang harus ada
yaitu : idealita, realita dan solusi pemecahan masalahnya. Pengembangannya
bermacam-macam, tergantung pada ketentuan yang telah disepakatai, atau bisa
juga menyesuaikan dengan gaya penulis itu sendiri. Semoga bermanfaat... ^_^
Kritik & saran bisa dialamatkan di :
Isdiyono89@gmail.com
atau fb : Isdiyono Pak Guru
10 Desember 2012
No comments:
Post a Comment