Monday 24 December 2012

Modernisasi Pasar Tradisional sebagai Penyangga Perekonomian Nasional.


Boleh jadi, Amerika Serikat dan Eropa menjadi tolok ukur raksasa kapitalis dunia. Karena di sana terdapat berbagai macam pusatnya modernisasi, dan kebijakan monopoli dunia berpusat. Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan China sebagai pendatang baru yang diprediksi akan memimpin perekonomian dunia pada masa-masa mendatang. Jepang dengan kemajuan teknologinya, masih tetap tidak bisa diabaikan dalam perekonomian di tingkat Asia.
Akan tetapi, negara terkaya di dunia letaknya sebenarnya tidak jauh dari tempat kita tinggal. Ya, Indonesia kita inilah yang merupakan negara terkaya di dunia. Mulai dari barang tambang semua ada seperti timah, tembaga, besi, emas, perak hingga berlian ada di bumi kita ini. Dengan dua musim kemarau dan penghujan tanpa ada musim semi dan salju, membuat hampir semua jenis tanaman di dunia bisa tumbuh subur. Tidak heran jika Koes Plus sampai menukilperibahasa dalam lagunya : negeri yang kayu dan batu jika disentuhkan menjadi tanaman.
Akan tetapi, kekayaan potensi alam ini berbanding terbalik dengan kondisi kesejahteraan masyarakatnya. Di mana, sebanyak 29,89 juta orang pada September 2011 juta masyarakat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Padahal, beberapa orang kayanya masuk nominasi orang-orang terkaya versi Forbes Dengan kata lain, volume orang kaya semakin meningkat di tengah masyarakat menengah ke bawah yang selalu terengah-engah menyesuaikan diri dengan kebutuhan hidupnya.
Dengan potensi sumber daya alam melimpah dan didukung dengan sumber daya manusia yang banyak, seharusnya bisa menjadikan Indonesia maju melebihi negara-negara lain. Hanya karena tidak diiringi dengan pembangunan jumlah sekolah berkualitas, pemikiran tersebut belum bisa dilaksanakan. Jika kita lihat bersama, grafik jumlah sekolah di Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga perguran tinggi berbentuk kerucut. Artinya, jumlah anak yang memiliki kesempatan menimba ilmu tinggi lebih sedikit dibanding yang putus di tengah jalan.
Kualitas SDM yang tidak sebanding dengan jumlah kuantitasnya, membuat bangsa kita ini masih kesulitan untuk bersaing. Bahkan, hanya untuk mencetak enterpreneur-enterpreneur baru masih kesulitan. Ketidakmampuan SDM untuk bersaing ini, bisa jadi akan membuat kita menjadi penonton di negeri sendri. Berlakunya pasar bebas menjadi ancaman serius dalam mengimbangi produk-produk impor dengan produk dalam negeri. Kondisi ini bisa kita lihat dari seberapa banyak barang-barang yang kita gunakan hasil buatan anak bangsa.
Indonesia itu bukan hanya aku, kamu atau dia tetapi kita. Sesuai dengan amanat undang-undang 1945 pasal 33 yang intinya mengatakan bahwa semua sumber daya yang ada harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Jika perkembangan perekonomian tidak didasarkan pada persatuan dan kesejahteraan bersama,maka secara perlahan bangunan perekonomian nasional tingggal menunggu waktu keruntuhannya.
Untuk mengatasi ancaman pasar bebas ini, maka fokus kebijakan pemerintah seharusnya ditujukan untuk pengembangan sektor industri mikro. Dalam memasarkan produk, industri mikro memerlukan pasar sebagai tempat transaksi penawaran dan permintaan. Sistem yang cocok diterapkan dalam masyarakat Indonesia sebenarnya adalah melalui pasar tradisional. Dalam pasar tradisional, tidak ada monopoli oleh satu pihak saja. Semua pedagang adalah pelaku ekonomi yang memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama.
Dalam hal ini pedagang tidak saling mendominasi, tetapi saling melengkapi. Kondisi demikian sangat cocok dalam mengembalikan komunikasi pasar melalui asa kekeluargaan. Misalnya saja ada pembeli yang ingin membeli bahan-bahan pembuat mi. Mereka harus pergi ke toko telur, toko tepung dan toko rempah untuk memenuhi kebutuhan bahan. Dalam prosesnya, terjadilah interaksi kekerabatan yang ditimbulkan dari aktivitas transaksi tawar-menawar yang tidak ada dalam pasar-pasar modern dalam bentuk mini atau supermarket.
Dalam pasar tradisional, semua orang bisa menggelar lapak dengan harga sewa yang cukup terjangkau. Karena pengelolaan pasar tidak dipegang oleh satu orang saja, tetapi pengurus yang ditunjuk oleh pemerintah atau diusulkan oleh masyarakat. Sehingga, pembeli pun merasa bahwa pasar tersebut adalah miliknya juga dan perlu dilestarikan.
Transaksi yang tidak dilakukan dalam partai besar, membuat persebaran ekonomi bisa terdistribusi secara merata. Krisis yang melanda dunia pun tidak memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas perdagangan. Efek terbesar hanyalah adanya kenaikan harga barang dagangan jika terjadi penurunan rupiah. Dalam berbagai kesempatan, barter masih mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan masing-masing penjual atau pembeli. Jadi, meskipun barang yang ditawarkan tidak laku bisa mereka siasati dengan menukar barang lain sesuai dengan kualitas atau kesepakatan bersama. Dengan cara inilah semua orang mulai dari level atas hingga ke bawah bisa melakukan transaksi tanpa harus mengandalkan uang.
Tantangan pasar tradisional pada saat ini adalah pasar-pasar modern berbentuk mall  supermarket atau minimarket. Bahkan, minimarket pun saat ini sudah mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Dengan harga yang relatif miring, pelayanan ramah dan tempat yang bersih membuat masyarakat mulai beralih dari pasar tradisional ke minimarket. Di kota-kota besar, berbelanja di mall bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Orang tidak lagi peduli pada kebutuhan hanya sekedar mengejar gengsi.
Aspek terbesar dan mencolok penyebab berpindahnya pembeli di pasar tradisional ke pasar-pasar modern  adalah tentang tata letak dan kebersihan tempat. Sudah menjadi rahasia umum, jika kondisi pasar tradisional yang ada di sekitar kita kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Biaya sewa yang murah, turut mempengaruhi kesadaran para pedagang untuk menghargai lingkungannya. Tingkat pendidikannya yang relatif rendah menjadi salah satu penyebabnya. Tidak heran jika musim penghujan tiba pasar menjadi sedemikian baunya dengan beberapa drainase yang tersumbat.
Menyadari permasalahan ini, beberapa pemerintah daerah mulai merevolusi pasar-pasar tradisional yang ada dengan tampilan yang lebih dinamis. Bahkan di daerah Bantul, pemerintah daerah mengesahkan kebijakan melarang pendirian mall. Karena potensi pasar tradisional adalah dalam konsep kebersamaan, berbeda dengan pasar modern yang berorientasi pada monopoli tunggal. Padahal, jika pemerintah mau menyetujui pembangunan mall bisa saja Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima semakin besar.
Kita perlu gerakan-gerakan serupa yang serentak dilakukan di seluruh tanah air. Dengan semangat membangun bangsa yang mandiri, pasar-pasar tradisional perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Fasilitas yang bersih dan terawat, akses yang mudah dengan bentuk transaksi yang sama dengan pasar tradisional akan memberikan pesona deja vu. Mereka serasa kembali dalam aktivitas perekonomian yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya. Perawatan fasilitas-fasilitas secara berkala, tentu saja akan menarik minat konsumen untuk kembali lebih memilih pasar tradisional sebagai tujuan utama.
Sehingga, aktivitas perekonomian mikro bisa kembali menggeliat. Karena pada dasarnya, kemajuan perekonomian kita tidak dapat diukur hanya menurut perkembangan sektor-sektor makro. Para pelaku di sektor mikro, justru lebih banyak daripada sektor makro. Karena di sinilah letak perekonomian Indonesia yang sebenarnya. Akan sangat bermanfaat ketika sektor-sektor mikro ini terus didorong untuk berkembang. Karena sektor mikro menyerap tenaga-tenaga kerja yang terampil dan bisa mengembangkan diri.
Berbeda dengan para pekerja di perusahaan-perusahaan besar yang hanya bisa melakukan pekerjaannya secara dikotomi. Mereka hanya tahu proses produksi di satu bagian, tanpa mengetahui proses produksi bagian lainnya. Kestabilan pembayaran gaji, membuat suatu gap atau jarak yang memisahkan antara pemilik dengan karyawan. Pada akhirnya, karyawan tidak dapat mengembangkan keterampilannya secara mandiri. Sehingga, pada masanya pensiun, banyak karyawan mengalami gejala stres yang akut karena tidak lagi mendapatkan sumber pendapatan.
Modernisasi pasar-pasar tradisional sangat diperlukan dan cocok dikembangkan untuk merangsang terciptanya perekonomian nasional yang kuat. Karena pasar tradisional merupakan tempat perekonomian mikro tumbuh dan berkembang. Ketika perekonomian mikro kokoh, maka krisis global yang sekarang sedang terjadi tidak akan mampu meruntuhkan perekonomian nasional. Karena setiap orang memiliki kesempatan untuk menentukan nasibnya sendiri. Berbeda dengan ketika perekonomian dimonopoli oleh sebagian orang. Maka setiap orang tidak akan mampu bertahan ketika sektor tersebut runtuh. Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...