Wednesday 15 November 2017

Flashback

Pertanyaan yang mengganjal di pikiran pada saat masih SD dahulu adalah tentang apa cita-citamu? Seiring perjalanan waktu, pada awalnya orang bisa bercita-cita sesuai dengan apa yang diinginkannya. Misal menjadi dokter, tentara, guru, ilmuwan hingga astronout. Akan tetapi, dalam perjalanannya kenyataan berpengaruh erat terhadap konsistensi kita kepada cita-cita yang pernah kita impikan.

Saya sendiri sampai saat ini masih tidak percaya kalau pekerjaannya adalah pamong bagian perencanaan dan publikasi. Pada SMP saya sempat bercita-cita menjadi tentara, maka saya mengikuti ekstrakurikuler 7 kali dalam seminggu dengan ekstra favorit Karate. Menjelang kelas 3 SMP cita-cita berubah ingin menjadi teknisi mesin atau listrik mengingat teman-teman sudah berancang-ancang mendaftar di STM favorit mereka. Akan tetapi, saya sendiri tidak suka bekerja terikat apalagi biaya masuknya yang aduhai. Terpaksa cita-cita saya tereliminasi.

Memasuki SMA, karena menjadi Ketua OSIS, maka aktivitas yang menyedot waktu dan tenaga adalah organisasi. Sembari terus mengasah kemampuan Fisika sejak kelas satu. Memasuki kelas 3, sudah siap dengan berbagai fisika dan permasalahannya, akan tetapi saya diarahkan oleh guru saya untuk mendaftar jurusan PGSD, guru SD. What de fuk?

Pada akhirnya, saya bisa berkuliah di PGSD dengan meninggalkan kegiatan karate karena harus bersepeda jauh berangkat-pulang kampus. Cita-cita menjadi tentara pun pupus. Di mahasiswa, cita-cita yang muncul adalah menjadi dosen dengan didorong oleh para dosen. Akan tetapi, sepertinya kali ini saya tak mampu untuk melanjutkan mimpi mengingat umur yang memasuki usia nikah dan orang tua yang makin lemah. Maka dengan nilai pas, saya lulus dalam waktu 5 tahun pas.

Hari-hari pertama bebas dari bangku sekolahan saya habiskan menjadi pengangguran. Saya tidak mau bekerja kantoran, di sisi lain saya suka menulis, saya suka memelihara ikan dan ingin bekerja bebas. Maka dimulailah cerita saya menjadi peternak pada 2013. Dengan berbagai kendala, kematian massal, kerugian yang tak terhitung dan dipermainkan pasar maka pada tahun 2014 saya memutuskan membuka lapak di sunmor XT Square sambil mencoba menjadi guru honorer dengan gaji 250rb sebulan.

Hari pertama jualan, harus dikubur dalam-dalam karena Gunung Meletus. Baru sebulan kemudian saya bisa berjualan dan hasilnya, baru sehari jualan ternyata sudah balik modal. Setahun berikutnya, apa yang saya tuliskan dan rencanakan dalam bisnis ternyata mendapatkan hasil yakni lolos dalam hibah dana bisnis dari kementerian koperasi saat itu. Tahun 2015 saya membuka satu toko di Timoho, dan hasilnya alhamdulillah bisa untuk nikah tahun 2016 dengan bidadari dari Magelang.

Tahun 2017, saya mantapkan bersama istri untuk membuka cabang seiring dengan momen akan keluarnya buah hati. Akan tetapi, nasib berkata lain. Saya dipaksa dan lolos menjadi Kaur Perencanaan Desa Wijirejo. Kenja kantoran, duh. Cita-cita...Untung saya tidak punya cita-cita menjadi PNS. Jadi masih selamat lah..haha

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...