Friday 25 January 2013

Mari Mencintai “Samudera” Kita



Bulan ini, 51 tahun yang lalu satu peristiwa yang mengharu biru adalah terjadinya satu mozaik perjuangan mewujudkan kemerdekaan di samudera. Sedikit tidak lazim, karena pertempuran-pertempuran yang lain terjadi di wilayah daratan Indonesia. Apalagi, para pejuang belumlah memiliki peralatan yang canggih seperti yang dimiliki oleh tentara angkatan bersenjata kita. Seperti yang tercantum dalam buku-buku sejarah kita, pada peristiwa tersebut gugur seorang pahlawan Yoes Sudarso yang namanya diabadikan sebagai gugus pulau di kaki kepala burung Pulau Papua. Serta wakilnya, yakni Sudomo yang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan dua kapal lain.
Sebuah pesan semangat dari sejarah yang barangkali mulai kita lupakan karena mengurusi hal-hal sepele yang berujung pada kerusuhan, bahkan sampai kekerasan. Sepertinya, bangsa ini harus kembali diingatkan betapa kita memiliki kekayaan laut yang sangat besar dan luas. Hanya saja, sepertinya saat ini sudah mulai disingkirkan oleh para generasi penerus. Kebutuhan ekonomi yang selalu meningkat, diiringi dengan usaha dari masyarakat itu sendiri untuk mengimbanginya. Sebagai akibatnya, muncullah generasi-generasi pragmatis dan mengedepankan sikap konkrit.
Pentingnya operasi tahun 1962 itu adalah awal dari pengintaian kekuatan musuh dalam mempertahankan Irian Jaya sebagai bagian dari kesatuan NKRI. Karena Indonesia takkan terasa lengkap tanpa kehadiran Irian Jaya (yang sekarang menjadi Papua dan terbagi menjadi beberapa provinsi). Jika tidak penting sebagai bagian dari NKRI, buat apa dua pahlawan dan anak buahnya yang tenggelam bersama KRI Macan Tutul rela mengorbankan nyawanya?
Yang menjadi pekerjaan rumah (PR) TNI, angkatan laut khususnya, adalah bagaimana menjadikan perjuangan ini sebagai salah satu bagian dari kebanggaan menjaga NKRI dari ancaman-ancaman disintegrasi bangsa. Bahwa Negara kita ini sungguh saying jika dibiarkan begitu saja. Beberapa wilayah yang diserobot Negara tetangga dan maraknya ‘penjualan’ pulau-pulau eksotis kita adalah hal yang tak boleh terulang kembali.
TNI sebagai pasukan khusus yang memiliki kewenangan dalam memanggul senjata menjaga dan mempertahankan NKRI, memiliki misi penting yang tidak dapat disepelekan. Hanya saja, kita seringkali miris ketika peralatan-peralatan operasional dan pertahanan tidak kunjung diremajakan. Beberapa kasus pembelian peralatan bekas dan adanya indikasi penyelewengan dana peremajaan alusista di tingkat pengambil kebijakan, harus segera diselesaikan. Karena pertahanan merupakan salah satu bagian penting yang menentukan posisi tawar Indonesia di pentas ketertiban dan perdamaian dunia.
Sudah saatnya dunia maritim kita bangkit dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia di manapun berada. Baik yang tinggal di perkotaan yang mungkin sudah “lupa” bahwa kita ini adalah negara kepulauan.  Atau penduduk Indonesia yang setiap harinya bergelut dengan asinnya air laut. Penguatan konsepsi cinta samudera di “daratan”, bisa ditempuh dengan jalan pemanfaatan hasil laut yang menyejahterakan. Karena hal inilah yang selama ini masih belum dirasakan oleh setiap nelayan dan orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Karena di zaman yang ‘damai’ seperti saat ini, pemanfaatan wilayah samudera sebagai salah satu penyokong kesejahteraan memasuki era yang sangat penting. Sebagai sumber protein tinggi, hasil laut kita sangat dibutuhkan bagi anak-anak muda untuk meningkatkan kecerdasan otaknya. Jangan sampai, hasil laut kita yang melimpah ini pergi ke meja-meja makan mewah di luar negeri. Jangan sampai, ikan-ikan kecil dengan kualitas rendah yang mampu disajikan di piring-piring rumah setiap warga negara Indonesia.
Ketika setiap warga negara merasakan ‘nikmatnya’ laut Indonesia, tentu akan meningkatkan kecintaannya terhadap bangsa ini. Bangsa Indonesia bukan hanya untuk dinikmati oleh para turis asing. Tetapi, merupakan satu kesatuan bangsa yang harus dikuatkan dengan kepaduan pemikiran tentang kewilayahan kita. Orang tentu akan sangat mudah mengenal samudera-nya ketika merasakan sendiri manfaat dari wilayah kelautan kita. Berbeda jika orang hanya tahu betapa hebatnya negeri kita ini dari buku-buku yang terkadang pun tidak jelas sumbernya. Sudah saatnya kita bangkit sebagai negara maritim yang terjaga oleh TNI dan diperkuat oleh seluruh rakyat Indonesia.
Dengan pertahanan yang bagus “luar-dalam”, tentu negara kita tercinta ini akan semakin kokoh dan bisa menangkal ancaman-ancaman yang selalu muncul dan ingin mencerai-beraikan NKRI. Sudah saatnya semangat cinta samudera tertanam di kantor-kantor pemerintahan, di sekolahan, di pasar dan di tempat-tempat lain yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Karena potensi dan keamanan samudera kita ini sungguh sayang jika tak diperkuat oleh TNI dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Isdiyono, Mahasiswa FIP
Universitas Negeri Yogyakarta

Termuat di Koran Merapi edisi 8 Januari 2013, the first tulisan in this years


MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...