Friday 9 August 2013

Pentingnya Pendidikan Usia Dini untuk Karakterisasi Bangsa



           Masalah moral bangsa yang oleh sebagian besar kalangan tengah berada di bawah standar Indonesia ini, merupakan permasalahan yang sangat serius. Peristiwa yang sudah terjadi, terkadang belum cukup untuk dijadikan pelajaran bagi sebagian lainnya. Hal ini bisa dipahami mengingat tingkat pendidikan dan kemampuan aplikasi teori ke dalam praktik setiap orang berbeda. Lingkungan yang tidak kondusif untuk belajar atau terlalu kondusif untuk berlaku korup, turut menjadi sebab berbagai permasalahan bangsa pada saat ini.
Permasalahan ini tidak hanya permasalahan yang terjadi saat ini. Bisa jadi, masalah ini muncul berdasarkan pengembangan aspek moral yang selama ini masih sebatas pada teori-teori saja di bangku persekolahan. Maka, wajar jika beberapa tahun yang lalu pembelajaran P4 tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran khusus. Pengembangan moral dan karakter, tidak bisa dilaksanakan hanya sebatas pada teori bagaimana cara menjadi orang baik tetapi juga bagaimana peserta didik bisa berpikir,”saya harus menjadi orang baik!”
Nah, untuk mewujudkan moral dan karakter ke-Indonesiaan bukanlah perkara yang mudah dan singkat. Butuh pembinaan yang tepat untuk merubah karakter bangsa ini dari rasa rendah diri menjadi bangsa yang besar sejak dini. Pengkaderan terhadap generasi muda untuk masa depan, harus selalu diupayakan dan diperjuangkan. Peristiwa-peristiwa ekstraordinari yang akhir-akhir ini menyelimuti dunia pendidikan kita, harus segera direspon. Bahwa tantangan generasi muda pada saat ini tidak hanya dari lingkungan dan media massa. Tetapi juga diri sendiri sebagaimana diungkapkan oleh Bung Karno dalam salah satu pidatonya, “generasi sekarang lebih mudah melawan musuh karena musuhnya terlihat (penjajah), sedangkan generasimu (generasi selanjutnya) akan lebih sulit karena musuhnya adalah diri kalian sendiri!”
Secara tersirat, Bung Karno sudah memberikan nasihat pada generasi berikutnya untuk memperhatikan degradasi karakter moral bangsa. Sekarang, apa yang disampaikan Bung Karno pun banyak yang terjadi. Tentu, bukan langkah bijak jika kita menyalahkan keadaan, lingkungan atau pemerintah. Tugas kita semua adalah untuk memperbaiki moral bangsa, baik secara preventif maupun kuratif. Secara kuratif, saya kira pemerintah lebih pandai dengan membuat peraturan-peraturan dan perundangan yang membatasi kekuasaan. Secara preventif, masyarakat sebagai salah satu elemen bangsa memiliki kewaiban dalam menjaga dan mengembangkan kualitas karakter dalam pendidikan di sekolah-sekolah.
Mengingat bahwa karakter terbentuk pada masa yang disebut oleh para ahli sebagai masa golden age (3-5 tahun), maka pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peran yang sangat penting. Apa yang dipelajari dan dipraktikkan oleh anak-anak, menjadi dasar bagi mereka untuk belajar pada tahap selanjutnya. Di sinilah peran orang tua dan guru sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan belajar bagi anak sesuai dengan usia perkembangannya. Pembelajaran pada masa ini, bisa digunakan untuk mengajarkan berbagai macam karakteristik seorang pemimpin bangsa di masa depan. Anak bisa mempelajari tentang rasa toleransi yang diperlukan dalam kehidupan bangsa Indonesia yang multikultural. Melalui saling tukar mainan misalnya, bisa menekan rasa egois yang pada saat ini marak. Dengan memberi, anak belajar untuk menepis mental miskin, dengan berbicara anak belajar bagaimana mengutarakan pendapat.
Jika seluruh wilayah di tanah air sudah sadar, didukung dengan masyarakat dan fasilitas yang terus diupayakan maka karakter ke-Indonesiaan yang saat ini dianggap hilang bisa diwujudkan kembali. Ketika pada masa awal belajar formal anak sudah belajar berbagai macam sikap dan tanggung jawab, tentu mental-mental korup, licik, egois, serakah bisa direduksi atau bahkan hilang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedikit demi sedikit, tentu moral bangsa kita ini akan membaik dari waktu ke waktu. Sehingga, kita tidak akan melihat begitu banyak pemimpin yang tidak amanah, kejahatan yang tak ada habisnya, permainan harga sembako hingga memutus mental miskin yang tampaknya sudah lekat dengan masyarakat kita.
Isdiyono, S.Pd.
Guru ekstrakurikuler Writting Skills SDIT Samawi
(termuat di SKH Koran Merapi 30 Juli 2013)

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...