Masalah moral
bangsa yang oleh sebagian besar kalangan tengah berada di bawah standar
Indonesia ini, merupakan permasalahan yang sangat serius. Peristiwa yang sudah
terjadi, terkadang belum cukup untuk dijadikan pelajaran bagi sebagian lainnya.
Hal ini bisa dipahami mengingat tingkat pendidikan dan kemampuan aplikasi teori
ke dalam praktik setiap orang berbeda. Lingkungan yang tidak kondusif untuk
belajar atau terlalu kondusif untuk berlaku korup, turut menjadi sebab berbagai
permasalahan bangsa pada saat ini.
Permasalahan ini
tidak hanya permasalahan yang terjadi saat ini. Bisa jadi, masalah ini muncul
berdasarkan pengembangan aspek moral yang selama ini masih sebatas pada
teori-teori saja di bangku persekolahan. Maka, wajar jika beberapa tahun yang
lalu pembelajaran P4 tidak lagi diajarkan sebagai mata pelajaran khusus.
Pengembangan moral dan karakter, tidak bisa dilaksanakan hanya sebatas pada
teori bagaimana cara menjadi orang baik tetapi juga bagaimana peserta didik
bisa berpikir,”saya harus menjadi orang baik!”
Nah, untuk
mewujudkan moral dan karakter ke-Indonesiaan bukanlah perkara yang mudah dan
singkat. Butuh pembinaan yang tepat untuk merubah karakter bangsa ini dari rasa
rendah diri menjadi bangsa yang besar sejak dini. Pengkaderan terhadap generasi
muda untuk masa depan, harus selalu diupayakan dan diperjuangkan.
Peristiwa-peristiwa ekstraordinari yang akhir-akhir ini menyelimuti dunia
pendidikan kita, harus segera direspon. Bahwa tantangan generasi muda pada saat
ini tidak hanya dari lingkungan dan media massa. Tetapi juga diri sendiri
sebagaimana diungkapkan oleh Bung Karno dalam salah satu pidatonya, “generasi
sekarang lebih mudah melawan musuh karena musuhnya terlihat (penjajah), sedangkan
generasimu (generasi selanjutnya) akan lebih sulit karena musuhnya adalah diri
kalian sendiri!”
Secara tersirat,
Bung Karno sudah memberikan nasihat pada generasi berikutnya untuk
memperhatikan degradasi karakter moral bangsa. Sekarang, apa yang disampaikan
Bung Karno pun banyak yang terjadi. Tentu, bukan langkah bijak jika kita
menyalahkan keadaan, lingkungan atau pemerintah. Tugas kita semua adalah untuk
memperbaiki moral bangsa, baik secara preventif maupun kuratif. Secara kuratif,
saya kira pemerintah lebih pandai dengan membuat peraturan-peraturan dan
perundangan yang membatasi kekuasaan. Secara preventif, masyarakat sebagai
salah satu elemen bangsa memiliki kewaiban dalam menjaga dan mengembangkan
kualitas karakter dalam pendidikan di sekolah-sekolah.
Mengingat bahwa
karakter terbentuk pada masa yang disebut oleh para ahli sebagai masa golden
age (3-5 tahun), maka pendidikan anak usia dini (PAUD) memiliki peran yang
sangat penting. Apa yang dipelajari dan dipraktikkan oleh anak-anak, menjadi
dasar bagi mereka untuk belajar pada tahap selanjutnya. Di sinilah peran orang
tua dan guru sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan belajar bagi anak
sesuai dengan usia perkembangannya. Pembelajaran pada masa ini, bisa digunakan
untuk mengajarkan berbagai macam karakteristik seorang pemimpin bangsa di masa
depan. Anak bisa mempelajari tentang rasa toleransi yang diperlukan dalam
kehidupan bangsa Indonesia yang multikultural. Melalui saling tukar mainan
misalnya, bisa menekan rasa egois yang pada saat ini marak. Dengan memberi,
anak belajar untuk menepis mental miskin, dengan berbicara anak belajar
bagaimana mengutarakan pendapat.
Jika seluruh
wilayah di tanah air sudah sadar, didukung dengan masyarakat dan fasilitas yang
terus diupayakan maka karakter ke-Indonesiaan yang saat ini dianggap hilang
bisa diwujudkan kembali. Ketika pada masa awal belajar formal anak sudah
belajar berbagai macam sikap dan tanggung jawab, tentu mental-mental korup,
licik, egois, serakah bisa direduksi atau bahkan hilang dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sedikit demi sedikit, tentu moral bangsa kita ini akan membaik
dari waktu ke waktu. Sehingga, kita tidak akan melihat begitu banyak pemimpin
yang tidak amanah, kejahatan yang tak ada habisnya, permainan harga sembako
hingga memutus mental miskin yang tampaknya sudah lekat dengan masyarakat kita.
Isdiyono, S.Pd.
Guru ekstrakurikuler Writting Skills SDIT Samawi
(termuat di SKH Koran Merapi 30 Juli 2013)