Tuesday 9 July 2013

Pengembangan Home Stay untuk Menekan Pertumbuhan Hotel

            Tidak bisa dipungkiri, Jogja merupakan tujuan wisata nomor 2 setelah Bali. Eksotisme budaya yang terus berkembang, nilai-nilai tradisional yang masih banyak tersisa dan banyaknya pelajar dari luar kota masuk ke jogja membuat Jogja seolah miniatur Indonesia. Ikatan batin inilah yang membuat animo banyak orang-orang luar daerah menjadikan Jogja sebagai destinasi utama. Maka tidak heran jika pertumbuhan destinasi wisata pun tumbuh sangat pesat. Publikasi kuliner, tradisi hingga souvenir khas melalui berbagai media, turut meningkatkan minat turis, baik lokal maupun internasional untuk mengunjungi Jogja. Salah satunya adalah perkembangan pembangunan hotel yang sangat pesat.
            Wilayah kota Jogja yang hanya memiliki total luas 3.185,80 meter persegi, tentu menjadi masalah dalam pengembangan pembangunan infrastruktur. Pembangunan yang baik harus memikirkan permasalahan daerah resapan air, pengelolaan limbah, ruang terbuka hijau hingga batasan bangunan yang boleh dibangun. Kepadatan penduduk yang terus meningkat, membuat resiko pencemaran lingkungan atau bahaya lainnya selalu mengintai.
            Peningkatan minat turis untuk mengunjungi Jogja yang meledak, tentu membutuhkan kesiapan destinasi yang memadahi. Bagaimana promosi dan pengembangan kawasan wisata, bisa diimbangi dengan fasilitas dan hunian yang ada. Perbandingan luas wilayah dengan daya tampung yang tetap dan turis yang terus bertambah, tentu memberikan peluang dalam pembangunan hotel. Sehingga, tidak heran jika kita sedang menikmati indahnya kota Jogja tiba-tiba harus terganggu dengan papan-papan reklame pembangunan hotel.
            Pengembangan bangunan seperti hotel bukan merupakan solusi dalam menampung para wisatawan yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Investor yang jarang dipegang oleh warga setempat, selalu menimbulkan masalah dalam pengembangan wilayah. Ujung-ujungnya relokasi warga asli pun dilakukan. Sehingga, warga setempat yang seharusnya bisa mengembangkan daerahnya sendiri, harus bisa menelan pil pahit. Mereka hanya bisa menyaksikan perputaran bisnis di tengah ketidakjelasan nasib mereka.
            Di samping itu, menjamurnya hotel berdampak terhadap peningkatan kemacetan jalan. Lebar jalan yang rata-rata berkisar antara delapan sampai lima belas meter, tentu saja tidak akan mampu menampung volume mobilitas kendaraan yang melintas. Kapasitas hotel yang terkadang bertolak dengan ketersediaan lahan parkir intern, menjadikan bahu-bahu jalan kini berbah menjadi lahan parkir bagi mobil. Sehingga, bisa dibayangkan berapa meter sediri lebar jalan yang beralih fungsi. Tidak heran jika kemacetan di jalanan kota Jogja saat ini sudah semakin memprihatinkan.
            Destinasi wisata budaya yang mengkotakkan antara turis dengan warga lokal, secara tidak langsung merugikan pemerintah. Interaksi yang terbatas pada penyedia jasa wisata dengan tujuan wisata, telah memutus rantai keterlibatan warga lokal dalam pengelolaan wisata. Sehingga, kesenjangan kesejahteraan ekonomi antara warga pribumi dengan investor pun terlihat nyata. Pencantuman kearifan lokal dalam pengembangan wisata, tentu harus diprioritaskan.
            Destinasi yang mampu mendekatkan turis dengan tujuan wisata dan warga adalah dengan adanya konsep home stay. Konsep penataan rumah warga sebagai bagian dari destinasi wisata, tentu akan kembali menghidupkan peran warga lokal. Para turis yang berlibur ke tujuan wisata pun tidak hanya menikmati sajian wisata saja. Lebih dari itu, mereka bisa menikmati interaksi dengan kearifan lokal. Jika konsep ini bisa dilaksanakan, sebenarnya bisa memangkas pos pengembangan wisata dengan pengembangan lingkungan kampung. Mengingat bahwa perbaikan infrastruktur fasilitas home stay, bisa disatukan dengan penataan wilayah. Sehingga, pada akhirnya turis tidak hanya merasakan indahnya Jogja, tetapi benar-benar merasakan keramahan warganya.
            Dengan adanya home stay, kebijakan penataan bisa diintegrasikan sekaligus sebagai peningkatan kondisi rumah-rumah warga hingga layak untuk dijadikan hunian sementara. Penyambutan turis pun menjadi lebih efektif, efisien dan tentu saja menekan pembangunan hotel yang turut menyumbang kemacetan karena aktivitas keluar-masuk kendaraan. Bukankah kita masih ingin melihat Jogja tetap istimewa?



Termuat di Harian Jogja, Selasa 9 Juli 2013

MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...