Bulan ini, 51 tahun
yang lalu satu peristiwa yang mengharu biru adalah terjadinya satu mozaik
perjuangan mewujudkan kemerdekaan di samudera. Sedikit tidak lazim, karena
pertempuran-pertempuran yang lain terjadi di wilayah daratan Indonesia.
Apalagi, para pejuang belumlah memiliki peralatan yang canggih seperti yang
dimiliki oleh tentara angkatan bersenjata kita. Seperti yang tercantum dalam
buku-buku sejarah kita, pada peristiwa tersebut gugur seorang pahlawan Yoes
Sudarso yang namanya diabadikan sebagai gugus pulau di kaki kepala burung Pulau
Papua. Serta wakilnya, yakni Sudomo yang mempertaruhkan nyawa untuk
menyelamatkan dua kapal lain.
Sebuah pesan semangat
dari sejarah yang barangkali mulai kita lupakan karena mengurusi hal-hal sepele
yang berujung pada kerusuhan, bahkan sampai kekerasan. Sepertinya, bangsa ini
harus kembali diingatkan betapa kita memiliki kekayaan laut yang sangat besar
dan luas. Hanya saja, sepertinya saat ini sudah mulai disingkirkan oleh para
generasi penerus. Kebutuhan ekonomi yang selalu meningkat, diiringi dengan
usaha dari masyarakat itu sendiri untuk mengimbanginya. Sebagai akibatnya,
muncullah generasi-generasi pragmatis dan mengedepankan sikap konkrit.
Pentingnya operasi
tahun 1962 itu adalah awal dari pengintaian kekuatan musuh dalam mempertahankan
Irian Jaya sebagai bagian dari kesatuan NKRI. Karena Indonesia takkan terasa
lengkap tanpa kehadiran Irian Jaya (yang sekarang menjadi Papua dan terbagi
menjadi beberapa provinsi). Jika tidak penting sebagai bagian dari NKRI, buat
apa dua pahlawan dan anak buahnya yang tenggelam bersama KRI Macan Tutul rela
mengorbankan nyawanya?
Yang menjadi pekerjaan
rumah (PR) TNI, angkatan laut khususnya, adalah bagaimana menjadikan perjuangan
ini sebagai salah satu bagian dari kebanggaan menjaga NKRI dari ancaman-ancaman
disintegrasi bangsa. Bahwa Negara kita ini sungguh saying jika dibiarkan begitu
saja. Beberapa wilayah yang diserobot Negara tetangga dan maraknya ‘penjualan’
pulau-pulau eksotis kita adalah hal yang tak boleh terulang kembali.
TNI sebagai pasukan
khusus yang memiliki kewenangan dalam memanggul senjata menjaga dan
mempertahankan NKRI, memiliki misi penting yang tidak dapat disepelekan. Hanya
saja, kita seringkali miris ketika peralatan-peralatan operasional dan
pertahanan tidak kunjung diremajakan. Beberapa kasus pembelian peralatan bekas
dan adanya indikasi penyelewengan dana peremajaan alusista di tingkat pengambil
kebijakan, harus segera diselesaikan. Karena pertahanan merupakan salah satu
bagian penting yang menentukan posisi tawar Indonesia di pentas ketertiban dan
perdamaian dunia.
Sudah saatnya dunia
maritim kita bangkit dan didukung oleh seluruh rakyat Indonesia di manapun
berada. Baik yang tinggal di perkotaan yang mungkin sudah “lupa” bahwa kita ini
adalah negara kepulauan. Atau penduduk
Indonesia yang setiap harinya bergelut dengan asinnya air laut. Penguatan
konsepsi cinta samudera di “daratan”, bisa ditempuh dengan jalan pemanfaatan
hasil laut yang menyejahterakan. Karena hal inilah yang selama ini masih belum
dirasakan oleh setiap nelayan dan orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari
hasil laut.
Karena di zaman yang
‘damai’ seperti saat ini, pemanfaatan wilayah samudera sebagai salah satu
penyokong kesejahteraan memasuki era yang sangat penting. Sebagai sumber
protein tinggi, hasil laut kita sangat dibutuhkan bagi anak-anak muda untuk
meningkatkan kecerdasan otaknya. Jangan sampai, hasil laut kita yang melimpah
ini pergi ke meja-meja makan mewah di luar negeri. Jangan sampai, ikan-ikan
kecil dengan kualitas rendah yang mampu disajikan di piring-piring rumah setiap
warga negara Indonesia.
Ketika setiap warga
negara merasakan ‘nikmatnya’ laut Indonesia, tentu akan meningkatkan
kecintaannya terhadap bangsa ini. Bangsa Indonesia bukan hanya untuk dinikmati
oleh para turis asing. Tetapi, merupakan satu kesatuan bangsa yang harus
dikuatkan dengan kepaduan pemikiran tentang kewilayahan kita. Orang tentu akan
sangat mudah mengenal samudera-nya ketika merasakan sendiri manfaat dari
wilayah kelautan kita. Berbeda jika orang hanya tahu betapa hebatnya negeri
kita ini dari buku-buku yang terkadang pun tidak jelas sumbernya. Sudah saatnya
kita bangkit sebagai negara maritim yang terjaga oleh TNI dan diperkuat oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Dengan pertahanan yang
bagus “luar-dalam”, tentu negara kita tercinta ini akan semakin kokoh dan bisa
menangkal ancaman-ancaman yang selalu muncul dan ingin mencerai-beraikan NKRI.
Sudah saatnya semangat cinta samudera tertanam di kantor-kantor pemerintahan,
di sekolahan, di pasar dan di tempat-tempat lain yang menjadi bagian dari
bangsa Indonesia. Karena potensi dan keamanan samudera kita ini sungguh sayang
jika tak diperkuat oleh TNI dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Isdiyono,
Mahasiswa FIP
Universitas
Negeri Yogyakarta
Termuat di Koran Merapi edisi 8 Januari 2013, the first tulisan in this years
Termuat di Koran Merapi edisi 8 Januari 2013, the first tulisan in this years
No comments:
Post a Comment