Boleh jadi,
Amerika Serikat dan Eropa menjadi tolok ukur raksasa kapitalis dunia. Karena di
sana terdapat berbagai macam pusatnya modernisasi, dan kebijakan monopoli dunia
berpusat. Tentu saja, kita tidak bisa mengabaikan China sebagai pendatang baru
yang diprediksi akan memimpin perekonomian dunia pada masa-masa mendatang.
Jepang dengan kemajuan teknologinya, masih tetap tidak bisa diabaikan dalam
perekonomian di tingkat Asia.
Akan tetapi,
negara terkaya di dunia letaknya sebenarnya tidak jauh dari tempat kita
tinggal. Ya, Indonesia kita inilah yang merupakan negara terkaya di dunia.
Mulai dari barang tambang semua ada seperti timah, tembaga, besi, emas, perak
hingga berlian ada di bumi kita ini. Dengan dua musim kemarau dan penghujan
tanpa ada musim semi dan salju, membuat hampir semua jenis tanaman di dunia
bisa tumbuh subur. Tidak heran jika Koes Plus sampai menukilperibahasa dalam
lagunya : negeri yang kayu dan batu jika disentuhkan menjadi tanaman.
Akan tetapi, kekayaan
potensi alam ini berbanding terbalik dengan kondisi kesejahteraan masyarakatnya.
Di mana, sebanyak 29,89 juta orang pada September 2011 juta masyarakat
Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Padahal, beberapa orang
kayanya masuk nominasi orang-orang terkaya versi Forbes Dengan kata lain,
volume orang kaya semakin meningkat di tengah masyarakat menengah ke bawah yang
selalu terengah-engah menyesuaikan diri dengan kebutuhan hidupnya.
Dengan potensi
sumber daya alam melimpah dan didukung dengan sumber daya manusia yang banyak,
seharusnya bisa menjadikan Indonesia maju melebihi negara-negara lain. Hanya
karena tidak diiringi dengan pembangunan jumlah sekolah berkualitas, pemikiran
tersebut belum bisa dilaksanakan. Jika kita lihat bersama, grafik jumlah
sekolah di Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga perguran tinggi
berbentuk kerucut. Artinya, jumlah anak yang memiliki kesempatan menimba ilmu
tinggi lebih sedikit dibanding yang putus di tengah jalan.
Kualitas SDM
yang tidak sebanding dengan jumlah kuantitasnya, membuat bangsa kita ini masih
kesulitan untuk bersaing. Bahkan, hanya untuk mencetak
enterpreneur-enterpreneur baru masih kesulitan. Ketidakmampuan SDM untuk
bersaing ini, bisa jadi akan membuat kita menjadi penonton di negeri sendri.
Berlakunya pasar bebas menjadi ancaman serius dalam mengimbangi produk-produk
impor dengan produk dalam negeri. Kondisi ini bisa kita lihat dari seberapa
banyak barang-barang yang kita gunakan hasil buatan anak bangsa.
Indonesia itu
bukan hanya aku, kamu atau dia tetapi kita. Sesuai dengan amanat undang-undang 1945
pasal 33 yang intinya mengatakan bahwa semua sumber daya yang ada harus
digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Jika perkembangan perekonomian tidak didasarkan pada persatuan dan
kesejahteraan bersama,maka secara perlahan bangunan perekonomian nasional
tingggal menunggu waktu keruntuhannya.
Untuk mengatasi
ancaman pasar bebas ini, maka fokus kebijakan pemerintah seharusnya ditujukan
untuk pengembangan sektor industri mikro. Dalam memasarkan produk, industri
mikro memerlukan pasar sebagai tempat transaksi penawaran dan permintaan. Sistem
yang cocok diterapkan dalam masyarakat Indonesia sebenarnya adalah melalui
pasar tradisional. Dalam pasar tradisional, tidak ada monopoli oleh satu pihak
saja. Semua pedagang adalah pelaku ekonomi yang memiliki hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama.
Dalam hal ini
pedagang tidak saling mendominasi, tetapi saling melengkapi. Kondisi demikian
sangat cocok dalam mengembalikan komunikasi pasar melalui asa kekeluargaan. Misalnya
saja ada pembeli yang ingin membeli bahan-bahan pembuat mi. Mereka harus pergi
ke toko telur, toko tepung dan toko rempah untuk memenuhi kebutuhan bahan.
Dalam prosesnya, terjadilah interaksi kekerabatan yang ditimbulkan dari aktivitas
transaksi tawar-menawar yang tidak ada dalam pasar-pasar modern dalam bentuk
mini atau supermarket.
Dalam pasar
tradisional, semua orang bisa menggelar lapak dengan harga sewa yang cukup
terjangkau. Karena pengelolaan pasar tidak dipegang oleh satu orang saja,
tetapi pengurus yang ditunjuk oleh pemerintah atau diusulkan oleh masyarakat. Sehingga,
pembeli pun merasa bahwa pasar tersebut adalah miliknya juga dan perlu
dilestarikan.
Transaksi yang
tidak dilakukan dalam partai besar, membuat persebaran ekonomi bisa
terdistribusi secara merata. Krisis yang melanda dunia pun tidak memiliki
dampak signifikan terhadap aktivitas perdagangan. Efek terbesar hanyalah adanya
kenaikan harga barang dagangan jika terjadi penurunan rupiah. Dalam berbagai
kesempatan, barter masih mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan masing-masing
penjual atau pembeli. Jadi, meskipun barang yang ditawarkan tidak laku bisa
mereka siasati dengan menukar barang lain sesuai dengan kualitas atau
kesepakatan bersama. Dengan cara inilah semua orang mulai dari level atas
hingga ke bawah bisa melakukan transaksi tanpa harus mengandalkan uang.
Tantangan pasar
tradisional pada saat ini adalah pasar-pasar modern berbentuk mall supermarket atau minimarket. Bahkan,
minimarket pun saat ini sudah mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh dari
perkotaan. Dengan harga yang relatif miring, pelayanan ramah dan tempat yang
bersih membuat masyarakat mulai beralih dari pasar tradisional ke minimarket. Di
kota-kota besar, berbelanja di mall bahkan sudah menjadi bagian dari gaya
hidup. Orang tidak lagi peduli pada kebutuhan hanya sekedar mengejar gengsi.
Aspek terbesar
dan mencolok penyebab berpindahnya pembeli di pasar tradisional ke pasar-pasar
modern adalah tentang tata letak dan
kebersihan tempat. Sudah menjadi rahasia umum, jika kondisi pasar tradisional
yang ada di sekitar kita kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Biaya sewa
yang murah, turut mempengaruhi kesadaran para pedagang untuk menghargai
lingkungannya. Tingkat pendidikannya yang relatif rendah menjadi salah satu
penyebabnya. Tidak heran jika musim penghujan tiba pasar menjadi sedemikian
baunya dengan beberapa drainase yang tersumbat.
Menyadari
permasalahan ini, beberapa pemerintah daerah mulai merevolusi pasar-pasar
tradisional yang ada dengan tampilan yang lebih dinamis. Bahkan di daerah
Bantul, pemerintah daerah mengesahkan kebijakan melarang pendirian mall. Karena
potensi pasar tradisional adalah dalam konsep kebersamaan, berbeda dengan pasar
modern yang berorientasi pada monopoli tunggal. Padahal, jika pemerintah mau
menyetujui pembangunan mall bisa saja Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
diterima semakin besar.
Kita perlu
gerakan-gerakan serupa yang serentak dilakukan di seluruh tanah air. Dengan
semangat membangun bangsa yang mandiri, pasar-pasar tradisional perlu
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Fasilitas yang bersih dan terawat, akses
yang mudah dengan bentuk transaksi yang sama dengan pasar tradisional akan
memberikan pesona deja vu. Mereka
serasa kembali dalam aktivitas perekonomian yang sesuai dengan karakteristik
masyarakatnya. Perawatan fasilitas-fasilitas secara berkala, tentu saja akan
menarik minat konsumen untuk kembali lebih memilih pasar tradisional sebagai
tujuan utama.
Sehingga,
aktivitas perekonomian mikro bisa kembali menggeliat. Karena pada dasarnya,
kemajuan perekonomian kita tidak dapat diukur hanya menurut perkembangan
sektor-sektor makro. Para pelaku di sektor mikro, justru lebih banyak daripada
sektor makro. Karena di sinilah letak perekonomian Indonesia yang sebenarnya. Akan
sangat bermanfaat ketika sektor-sektor mikro ini terus didorong untuk
berkembang. Karena sektor mikro menyerap tenaga-tenaga kerja yang terampil dan
bisa mengembangkan diri.
Berbeda dengan
para pekerja di perusahaan-perusahaan besar yang hanya bisa melakukan
pekerjaannya secara dikotomi. Mereka hanya tahu proses produksi di satu bagian,
tanpa mengetahui proses produksi bagian lainnya. Kestabilan pembayaran gaji,
membuat suatu gap atau jarak yang memisahkan antara pemilik dengan karyawan.
Pada akhirnya, karyawan tidak dapat mengembangkan keterampilannya secara
mandiri. Sehingga, pada masanya pensiun, banyak karyawan mengalami gejala stres
yang akut karena tidak lagi mendapatkan sumber pendapatan.
Modernisasi
pasar-pasar tradisional sangat diperlukan dan cocok dikembangkan untuk
merangsang terciptanya perekonomian nasional yang kuat. Karena pasar
tradisional merupakan tempat perekonomian mikro tumbuh dan berkembang. Ketika
perekonomian mikro kokoh, maka krisis global yang sekarang sedang terjadi tidak
akan mampu meruntuhkan perekonomian nasional. Karena setiap orang memiliki
kesempatan untuk menentukan nasibnya sendiri. Berbeda dengan ketika
perekonomian dimonopoli oleh sebagian orang. Maka setiap orang tidak akan mampu
bertahan ketika sektor tersebut runtuh. Wallahu a'lam.