Sebagai tempat
pendewasaan peserta didik, sekolah memiliki peran yang besar dalam pembentukan
kepribadian, pengembangan keterampilan dan spiritualitas. Sehingga, perlu
diperhatikan proses yang dilaksanakan di dalamnya. Salah satunya adalah sikap
Ing Madya Mangun Karsa, atau keteladanan dari seorang pemimpin atau senior.
Bahwa pendidikan itu bukan untuk menyombongkan diri, atau melegitimasi sebuah
kekuasaan-kekuasaan bayangan yang seringkali terjadi di sekolah-sekolah.
Wujud dari unjuk
kekuasaan ini, seringkali terdeskripsikan sebagai senioritas. Dalam konsep
pendidikan, senioritas memang diperlukan untuk mengayomi atau tukar pengalaman
dengan kelas di bawahnya. Dalam pandangan positif, senioritas ini bisa
diwujudkan dalam kelompok-kelompok belajar lintas jurusan, ekstrakurikuler
hingga peran-peran lain seperti tukar pengalaman. Hal ini sangat penting dalam
meningkatkan kemampuan interpersonal siswa dalam mencapai titik kenyamanan
bersekolah.
Akan tetapi,
akhir-akhir ini kita perlu khawatir terkait beberapa peristiwa senioritas
keterlaluan seperti yang terjadi di SMA Don Bosco dan beberapa sekolah lainnya.
Masa orientasi, seringkali dijadikan kesempatan oleh beberapa oknum siswa untuk
menunjukkan kekuasaannya. Dalam hal ini, tindakan-tindakan kekerasan yang
mengarah pada kriminalitas merupakan cermin bahwa senioritas yang demikian
tidak dapat ditolerir. Karena kedewasaan itu bukan berupa penindasan, tetapi
kasih sayang terhadap sesama siswa.
Belajar dari
kasus bullying yang marak dan terungkap
akhir-akhir ini, sudah saatnya setiap sekolah memiliki kebijakan yang tidak
mentolerir bullying di masing-masing
institusinya. Tentu bukan perkara mudah, jika sekolah mendapatkan siswa-siswa
yang dari inputnya sudah sedikit bermasalah pada kepribadiannya. Akan tetapi,
pantang bagi guru sebagai seorang pendidik untuk lepas tangan dan tutup mata
dari peristiwa seperti ini. Karena pada hakikatnya, guru sebagai pendidik tidak
hanya memiliki kewajiban untuk mengajar saja. Lebih dari itu, seorang guru memiliki
peran sentral dalam mendampingi, membina dan mengarahkan peserta didik menuju
kedewasaan.
Jika setiap
pendidik memiliki pemikiran yang demikian, maka kita bisa berharap dapat
melihat geliat kembali pendidikan kita yang maju. Pendidikan yang terlepas dari
berbagai macam kepentingan dan kekacauan dalam pelaksanaannya. Karena dari
anak-anak yang sekarang sedang belajar dan menuntut ilmu inilah, perjalanan
bangsa menuju negara maju bisa diwujudkan. Karena kemajuan suatu bangsa itu
tidak hanya ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya saja.
Lebih dari itu, pembentukan setiap individu yang memiliki rasa perikemanusiaan
yang tinggi merupakan modal yang paling penting, mengingat saat ini SDM kita
sangat melimpah, 240 juta jiwa. Pada akhirnya, kita semua harus berteriak :
Stop Bullying!
Isdiyono, Mahasiswa PGSD FIP
Universitas Negeri Yogyakarta