Tuesday 31 January 2012

Pendidikan Investasi Peradaban


Euforia keberhasilan anak-anak SMK yang telah membuat mobil Kiat Esemka masih terasa hingga hari ini. Kemunculan ini ditandai saat walikota Solo, Pak Jokowi mengurungkan niatnya membeli mobil dinas baru kecuali dengan mobil karya anak bangsa. Sebelumnya, karya-karya inovasi anak negeri belum mendapatkan apresiasi. Merupakan kebanggaan tersendiri jika mobil rakitan para pelajar SMK itu menjadi mobil nasional dan mampu bersaing dengan mobil-mobil impor.
Tidak hanya mendobrak pandangan sebelah mata yang ditujukan pada sekolah kita, momen ini juga membukakan mata kita untuk menghargai anak bangsa. Akan tetapi, ekspektasi pasar yang tinggi bisa menjadi bumerang bagi penyelenggaraan sekolah. Dengan keberanian peluncuran mobil Esemka ini, dunia industri secara perlahan akan melirik potensi pendidikan jenjang kejuruan kita. Lebih dari sekedar keuntungan dan kebanggaan, pendidikan tidak bisa dihitung dengan investasi uang.
Sesuai dengan amanah UU no 20 tahun 2003, pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi, pendidikan merupakan proses, bukan produk.
Lebih rinci, Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan yang sesuai dengan nilai ke-Indonesiaan sebagai : daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Semakin jelas, bahwa investasi dalam bidang pendidikan berbeda dengan bidang industri. Di sinilah siswa ditempa, diajari, dibimbing, dibina dan diberikan motivasi untuk senantiasa meningkatkan kemampuan mereka.
Jika investasi dalam pendidikan disamakan dengan bidang industri, maka kita khawatir akan adanya komersialisasi pendidikan. Komersialisasi, akan menghitung keberhasilan pendidikan dari untung-rugi hasil yang didapatkan. Bukan sejauh mana siswa belajar dari kesalahan untuk mempersiapkan keahliannya sendiri.
Belajar bukan merupakan aktivitas robotik, yang mengingkari adanya perasaan dan pemikiran. Bahwa investasi dalam bidang pendidikan adalah terciptanya manusia dewasa yang susila, seperti yang diungkapkan Kontjaraningrat. Proses dalam pendidikan, akan membentuk karakter siswa. Ketika karakter ini sudah terbentuk, maka keahlian akan mengikutinya. Jadi, bisa dikatakan bahwa pendidikan itu sendiri merupakan sebuah investasi untuk masa depan peradaban manusia. Pendidikan yang berbasis komersialisasi, hanya akan menyingkirkan kesempatan anak-anak yang tidak mampu. Bukankah begitu?

Isdiyono
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta






MERDEKA BERPENDAPAT DI HARI ANAK

 Anak adalah kelompok usia rentan di samping wanita dan lansia. Di berbagai kondisi yang mengancam, mereka adalah kelompok yang tidak bisa m...